REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump melakukan komunikasi melalui sambungan telepon pada Rabu (6/11) waktu setempat. Hal itu untuk menegaskan kembali pertemuan mereka di Washington pada 13 November mendatang.
Direktorat Komunikasi seperti dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (7/11) dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa kedua pemimpin dalam sambungan telepon itu membahas perkembangan regional dan masalah bilateral.
Presiden Trump dalam akun Twitter-nya, mengakui baru saja melakukan panggilan telepon dengan Erdogan. Dalam komunikasi tersebut, Erdogan menyampaikan Turki telah menangkap banyak anggota ISIS yang dilaporkan telah melarikan diri selama konflik.
"Termasuk seorang istri dan saudara perempuan dari pembunuh, teroris, al-Baghdadi," kata Trump dalam cicitan di akun Twitter-nya, merujuk pada pemimpin ISIS yang terbunuh dalam operasi militer AS. Abu Bakar al-Baghdadi meledakkan dirinya pada 26 Oktober dalam serangan pasukan AS di provinsi Idlib, Suriah.
Turki pun mengonfirmasi sebelumnya bahwa mereka telah menangkap seorang istri dan saudara perempuan dari pemimpin ISIS. "Nantikan pertemuan dengan Presiden Erdogan pada Rabu depan, 13 November di Gedung Putih," kata Trump.
Pertemuan yang dijadwalkan itu terjadi setelah kesepakatan yang dicapai antara Ankara dan Washington pada 17 Oktober lalu. Kesepakatan itu untuk menghentikan operasi militer Turki di Suriah utara yang memungkinkan para milisi Kurdi menarik diri dari rencana zona aman.
Turki meluncurkan Operation Peace Spring pada 9 Oktober untuk melenyapkan unsur-unsur milisi Kurdi di sebelah timur Sungai Efrat untuk mengamankan perbatasan Turki, membantu pengembalian pengungsi Suriah yang aman, dan memastikan integritas teritorial Suriah.