REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Ashrawi mengkritik rencana Israel membangun kereta gantung di Yerusalem. Menurut dia, hal itu merupakan pelanggaran kasar terhadap karakter budaya, geografis, dan demografi Yerusalem.
"Ini juga merupakan serangan ilegal terhadap kota Palestina yang diduduki dan rakyatnya yang telah tinggal di sana selama berabad-abad," ujar Ashrawi pada Rabu (6/11), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Kabinet perumahan Israel dilaporkan telah menyetujui rencana pembangunan kereta gantung di Yerusalem. Proyek itu bertujuan mengurangi kepadatan lalu lintas kendaraan di sana.
Israel menyebut, dengan adanya kereta gantung, orang-orang yang hendak bepergian dari Yerusalem Barat ke Yerusalem Timur akan lebih mudah. Sebab, kereta dapat mengangkut sekitar 3.000 orang setiap jamnya.
Selain itu, Menteri Israel untuk Urusan Yerusalem Zeev Eikin mengungkapkan, proyek pembangunan kereta gantung bertujuan mempromosikan pariwisata di Yerusalem. Negaranya hendak merealisasikan visi tersebut.
Namun, rencana itu menuai penentangan. Proyek pembangunan kereta gantung dianggap dapat merusak nilai historis dari kota dan situs suci di sana. Mereka yang menolak proyek tersebut akan mengajukan petisi ke Mahkamah Agung Israel.
Mereka berharap Mahkamah Agung Israel dapat menghentikan rencana tersebut.