REPUBLIKA.CO.ID, BASRA -- Operasional kembali berjalan di pelabuhan dan kilang minyak di Irak selatan pada Kamis (7/11). Pekerjaan itu dapat beroperasi setelah pengunjuk rasa yang menutup jalan selama sepekan meninggalkan kedua area.
Para demonstran anti-pemerintah telah memblokir jalan di pelabuhan komoditas Umm Qasr. Kondisi itu akhirnya membuat operasi berhenti selama lebih dari sepekan. Pada Rabu, mereka menghentikan kapal tanker bahan bakar yang akan masuk atau meninggalkan kilang minyak Nassiriya, sehingga menyebabkan kekurangan pasokan di selatan.
Blokir yang dilakukan demonstran membuat penghentian tangki bahan bakar yang mengangkut bahan bakar ke pompa bensin di kilang Nassiriya, sehingga membuat kekurangan bahan bakar di provinsi Dhi Qar. Kilang baru-baru ini memproduksi sekitar setengah dari kapasitasnya.
Pemerintah menyatakan, pemblokiran Umm Qasr pun, telah membuat negara itu kehilangan lebih dari 6 miliar dolar AS. Tempat tersebut merupakan bagian vital karena menerima impor biji-bijian, minyak nabati, dan pengiriman gula yang memberi makan suatu negara yang sebagian besar bergantung pada makanan impor.
Manajer perusahaan pelabuhan milik negara Irak Safa al-Hussein menyatakan, semua terminal beroperasi secara normal pada dini hari Kamis. Meski begitu, dia tidak memberikan keterangan mengapa demonstran akhirnya meninggalkan tempat tersebut setelah melakukan blokade sepekan.
Kerusuhan anti-pemerintah di Irak yang dimulai di Baghdad dipicu kurangnya pekerjaan dan layanan yang buruk. Demonstrasi itu telah berlangsung selama berminggu-minggu dan menyebar ke kota-kota selatan. Selama protes berlangsung, banyak korban terluka dan menewaskan lebih dari 250 orang di tengah penumpasan brutal oleh pasukan keamanan.