REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Malaysia harus menerima bahwa negara tersebut tidak memiliki kekuatan militer untuk melawan negara-negara yang menjadi tempat persembunyian Low Taek Jho alias Jho Low.
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menyebut, Malaysia dapat mengambil kesempatan dan mengobarkan ‘perang’. Namun, negaranya itu tidak akan menang jika menggunakan teknik yang keras untuk membawa pulang buronan skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
“Kita bisa pergi berperang, tetapi kita akan kalah perang dan (tidak mendapatkan) Jho Low. Kami sadar bahwa kami bukan negara yang sangat kuat. Terkadang orang baik terhadap kita, kadang tidak. Kami harus menerimanya,” kata Mahathir seperti dikutip dari laman Malay Mail, Kamis (7/11).
Penasihat Media dan Komunikasi Perdana Menteri, Datuk A. Kadir Jasin pada awal pekan ini menyarankan Malaysia untuk meniru Badan Intelijen Israel, Mossad yang dikenal mengadopsi tindakan-tindakan rahasia. Seperti penculikan dan pembunuhan untuk mengakhiri upaya berlarut-larut dalam membawa kembali Jho Low ke pengadilan.
Meski demikian, Mahathir menilai, berbagai informasi mengenai laki-laki kelahiran Penang, Malaysia, itu sulilt didapat. Walaupun petugas kepolisian dan intelejen Malaysia telah bekerja keras.
Dia pun menilai, isu yang menyebut bahwa Jho Low diduga telah menjalani operasi plastik untuk mengubah penampilannya dan memiliki beberapa paspor hanya sebagai rumor belaka. “Kami bekerja keras untuk mendapatkan informasi (mengenai Jho Low), tetapi informasi itu tidak mudah didapat. Kami bekerja keras untuk membawanya kembali. Tapi itu tidak mudah,” ungkap Mahathir.
“Saya diberitahu bhawa dia mungkin membawa beberapa paspor, bahwa dia mungkin telah mengalami beberapa perubahan pada wajahnya. Semua desas-desus ini tidak punya bukti,” imbuh dia.
Ia pun mengaku tidak mengetahui di mana tempat persembunyian Jho Low. Dia hanya menambahkan, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Abdul Hamid Bador akan memperbarui informasi yang dibutuhkan.
Untuk diketahui, Jho Low menghadapi dakwaan di Amerika Serikat dan Malaysia atas dugaan peran sentralnya dalam skandal 1MDB, perusahaan investasi negara yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Najib Razak. Penyidik Malaysia dan Amerika Serikat menyebut, setidaknya 4,5 miliar dolar AS telah disalahgunakan 1MDB oleh Jho Low dan pejabat tingkat tinggi lainnya dari 1MDB dan anak perusahaannya.