REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Peluang perundingan denuklirisasi antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) disebut kian menipis. Pyongyang mengharapkan adanya langkah-langkah timbal balik dari Washington akhir tahun ini.
"Kami telah memberi AS cukup banyak waktu dan kami menunggu jawaban pada akhir tahun ini, dari beberapa jenis hasil. Namun saya harus mengatakan bahwa jendela peluang ditutup setiap hari," kata kepala departemen Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Korut Jo Chol Su pada Jumat (8/11).
Dia mengatakan negaranya masih siap mengadakan pembicaraan dengan AS. Tapi Korut tak tertarik jika tidak ada hasil dari perundingan tersebut.
"Jika ada elemen konstruktif, sinyal konstruktif, kami selalu siap untuk bertemu setiap saat. Namun jika sebuah pertemuan sekali lagi hanya untuk berbicara, jika kita tak dapat mengharapkan hasil nyata, maka kita tidak tertarik untuk hanya berbicara," ujar Jo.
Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi pernyataan Jo perihal menipisnya peluang pembicaraan. Namun seorang juru bicara mengatakan belum ada pertemuan yang akan diumumkan.
Pada Oktober lalu, AS dan Korut telah melanjutkan pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea di Swedia. Korut mengklaim negosiasi tersebut kembali berujung kegagalan.
Utusan nuklir Korut Km Myong Gil mengatakan negosiasi tersebut belum memenuhi harapan dan akhirnya terhenti kembali. “AS meningkatkan harapan dengan menawarkan saran seperti pendekatan yang fleksibel, metode baru dan solusi kreatif, tapi mereka sangat mengecewakan kami,” kata dia kepada awak media di luar Kedutaan Besar Korut di Swedia.
Menurutnya, AS masih mempertahankan pendekatan lama dalam perundingan. “AS tidak akan melepaskan sudut pandang dan sikap lama mereka,” ujar Kim Myong Gil.
Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. SLBM tipe terbaru bernama Pukguksong-3 itu diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.
Namun Washington membantah kabar tersebut. Sebaliknya, AS menyatakan telah menjalin dialog konstruktif dengan Korut. “Komentar awal dari delegasi Korut tidak mencerminkan konten atau semangat diskusi selama 8,5 jam hari ini. AS membawa ide-ide kreatif dan berdiskusi dengan rekan-rekan Korut-nya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus.
Dia mengungkapkan AS telah menerima undangan dari Swedia untuk mengadakan pembicaraan lebih banyak dengan delegasi Korut. Namun Ortagus tak menjelaskan lebih terperinci tentang hal tersebut.
Perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu diketahui berakhir tanpa kesepakatan. Hal itu disebabkan karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya tentang penerapan sanksi.
Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi.