REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Petugas pemadam Australia berjuang mengendalikan kebakaran semak terbesar yang menewaskan tiga orang, Ahad (10/11). Petugas bersiap menghadapi kondisi paling buruk dalam beberapa hari ke depan.
Mereka memperingatkan, si jago merah akan membuat kemampuan mereka terentang untuk melindungi warga. Lebih dari 70 titik api berkobar di seluruh New South Wales, negara bagian dengan penduduk paling padat di negeri itu.
Dinas Pemadam Desa memperkirakan kondisi parah atau ekstrem melanda banyak daerah pada Selasa, termasuk Kota Sydney. "Dengan demikian banyak kebakaran yang sudah berkobar, rumah dan nyawa akan terancam. Jika Anda terancam api, Anda mungkin tak mendapat bantuan," kata dinas kebakaran di Twitter.
Tiga orang tewas di New South Wales sejak Jumat (8/11), ketika jumlah kebakaran dengan tingkat darurat rekor diumumkan di negara bagian tersebut. Sedikitnya 150 rumah hancur.
Lima orang telah didaftar oleh pemerintah hilang pada Sabtu sore (9/11), tapi media lokal pada Ahad mengatakan mereka sekarang telah ditemukan. Di satu pusat pengungsian di Kota Kecil Taree, Perdana Menteri Scott Morrison memuji pekerjaan petugas pemadam, relawan dan anggota masyarakat. Ia juga berbicara mengenai tantangan di depan.
"Ada jalan panjang yang harus dilewati dan Selasa kelihatan lebih sulit. Dan itu bukan hanya lebih ketat di New South Wales, kita tahu jenis kondisi serupa yang juga kita saksikan di Australia Barat pada Selasa," kata Morrison di dalam satu taklimat yang ditayangkan televisi.
Itu sudah menjadi salah satu musim kebakaran semak terburuk di Australia dan bahkan terjadi sebelum dimulainya musim panas di belahan Bumi Selatan, dan beberapa bagian negeri tersebut sudah lumpuh oleh kemarau parah.
Sampai Ahad sore, sebanyak separuh dari lebih 70 titik api yang berkobar di New South Wales masih belum dapat dikendalikan. Satu kebakaran berada pada tingkat darurat.