Senin 11 Nov 2019 11:13 WIB

Pendiri Huawei: Rasa Sakit Tiap Episode Berbeda

Ren generasi pertama pengusaha Cina yang dirikan perusahaan di era komunis 1980-an.

Trump blokir Huawei.
Foto: Republika.co.id
Trump blokir Huawei.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria

Baca Juga

Saat ini, Huawei terus tumbuh menjadi produsen jaringan telepon terbesar dan melangkahi Apple sebagai merek telepon pintar nomor dua di dunia. Pendiri Huawei, Ren Zhengfei, selalu menghindari sorotan.

Namun, Ren akhirnya tampil untuk melawan balik sanksi Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam menganggap perusahaan Huawei Technologies Ltd sebagai ancaman nasional mereka.

Ia berada di tengah perseteruan antara pemerintahan Presiden AS Donald Trump dengan Beijing dalam isu perdagangan, termasuk teknologi. Zhengfei berhasil bertahan dalam kompetisi ketat di Cina yang mendorong saingan Barat keluar dari pasar.

Ia pernah mengalami bencana keuangan dan beratnya bekerja hingga berpikir untuk bunuh diri. Mantan insinyur militer yang berhasil keluar dari kemiskinan melihat tekanan AS hanya salah satu ujian bagi dirinya dan perusahaannya. "Untuk tiga dekade Huawei sudah menderita dan tidak bahagia, rasa sakit di setiap episode berbeda," kata Ren, Ahad (10/11).

Episode ini menjadi masalah pribadi bagi Ren. Putrinya yang juga chief financial officer Huawei, Meng Wanzhou, ditahan di Kanada atas dakwaan AS karena diduga terlibat melanggar sanksi AS terhadap Iran.

photo
Petinggi Huawei Cina, Meng Wanzhou

Pengusaha yang diperkirakan memiliki kekayaan sebesar 3 miliar dolar AS ini memang tokoh yang dikagumi, tapi jarang tampil di hadapan publik. Perselisihan antara Beijing dan Washington mengubah Ren menjadi tokoh terkenal.

Sejak putrinya ditangkap di Vancouver pada Desember 2018 lalu, Ren berusaha meredakan kecurigaan Barat yang menuduh teknologi perusahaannya dapat digunakan untuk mata-matai warga mereka.

Ren memberikan wawancara selama dua jam dengan wartawan dan kru stasiun televisi di Shenzhen. Bekas desa nelayan dekat Hong Kong itu kini menjadi pusat teknologi dengan populasi 15 juta jiwa.

Ren yang juga anggota partai Komunis mencoba meredakan kecurigaan terhadap perusahaannya. Pada Januari lalu ia berjanji akan menentang permintaan untuk mengungkapkan rahasia pelanggan asing.

Bersama Nokia Corp dan LM Ericsson, Huawei mengembangkan teknologi jaringan 5G. Jaringan yang dapat mendukung teknologi mobil pintar dan aplikasi canggih di masa depan. Tapi, isu jaringan 5G bernuansa politis. Huawei tidak dapat masuk pasar AS karena pada 2012 lalu Kongres AS memutuskan perusahaan itu mengancam keamanan nasional Amerika.

Tapi, penjualan Huawei naik tiga kali lipat di Eropa, Asia, dan Afrika. Pada tahun lalu penjualan mereka naik 20 persen menjadi 105 miliar dolar AS.

Lahir pada 1944, Ren dibesarkan ayah yang menjadi guru. Sang ayah memiliki tujuh orang anak dengan gaji 40 yuan per bulan. Saat Ren masih remaja, Partai Komunis Cina mendeklarasikan Lompatan Jauh ke Depan atau Great Leap Forward.

Rencana itu harusnya mengubah Cina dari negara agraris menjadi negara industri. Tapi, justru menjadi bencana. Dari 1959 sampai 1961, rencana itu membuat 30 juta orang mati kelaparan.

photo
Ren Zhengfei

Ren bergabung dengan tentara pada 1960-an. Ia dikirim ke bagian utara untuk membangun pabrik tekstil. Ia mengatakan, di sana ia tidur di luar ruangan saat cuaca suhu udara sekitar -28 derajat Celsius. Di sana ia hanya memakan mi dan sayur- sayuran.

Ren generasi pertama pengusaha Cina yang mendirikan perusahaan di era komunis pada 1980-an. Ia mendirikan Huawei pada 1987 setelah jabatannya di militer dihapuskan. Huawei menjadi bintang dalam industri yang dipromosikan Partai Komunis.

Kebijakan Beijing untuk memprioritaskan perusahaan dalam negeri kerap diserang. Alasannya, dianggap sering mencuri hak intelektual atau menekan perusahaan asing untuk menyerahkan rahasia bisnis mereka.

Ren kerap khawatir para pegawainya terlalu tenang-tenang saja. Pengamat dari perusahaan riset Canalys, Nicole Peng, mengatakan, Ren mengirimi karyawannya sebuah surat. Isinya, meminta mereka untuk 'bersiap untuk menghadapi yang terburuk'.

"Apakah karakternya membantu perusahaan untuk bertahan, saya yakin, itu yang akan terjadi. Mereka akan bertahan, persis seperti yang ia katakan. Mereka bersiap untuk itu, mereka tahu akan selalu ada kesulitan," kata Peng.

Dalam buku the Huawei Story, penulis Tian Tao menulis, ibu Ren memastikan tidak akan ada yang mati. Ia membagi makanan ke dalam sembilan porsi agar setiap anggota keluarga dapat bertahan hidup. "Sistem pembagian makanan ala ibunya berdampak besar pada dirinya," kata Tian.

Dengan Etos tersebut, Huawei mempekerjakan 180 ribu orang. Kepemilikan Ren atas Huawei hanya menjadi 1,14 persen karena sahamnya dibagikan ke karyawan.

Ren mengatakan, ia mencoba memastikan agar keputusan di Huawei dilakukan secara bersama-sama. Tapi, ia juga dikenal sebagai pemimpin atau pembuat keputusan yang otoriter.

Hal ini terlihat pada perdebatan pada 2000 apakah Huawei mengembangkan Personal Handy-Phone System (PHS) yang lebih murah dari pada telepon genggam atau meneruskan pengembangan telepon genggam. Ren menolak untuk mengembangkan PHS.

Ia malah menjanjikan teknologi telepon genggam akan lebih canggih dan murah. Namun, masalahnya, saat ini ternyata tak seberat saat itu. "Krisis saat ini hanya satu persepuluh atau satu persen dari tekanan pada saat ini," kata Ren. (ap ed:yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement