REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II mengatakan kedaulatan negaranya berada di atas segalanya. Hal itu dia ungkapkan setelah kesepakatan penyewaan lahan di Al-Baqura dan Al-Ghamar kepada Israel berakhir.
"Kedaulatan Yordania atas wilayahnya di atas segalanya," kata Raja Abdullah melalui akun Twitter resminya, Senin (11/11).
Saat berpidato di parlemen pada Ahad lalu, Raja Abdullah menegaskan akan memberlakukan kedaulatan penuh atas daerah Al-Baqura dan Al-Ghamar. Pernyataan itu pun sontak disambut semarak dan tepuk tangan.
Saat Israel dan Yordania menyepakati perjanjian damai pada 1994, Al-Baqura dan Al-Ghamar diakui sebagai bagian dari wilayah Yordania. Namun ada ketentuan khusus yang memungkinkan para petani Israel menggarap lahan itu tanpa visa.
Banyak warga Yordania memandang pengaturan itu sebagai pendudukan Israel yang memalukan atas tanah mereka. Pada 2018, Yordania menolak memperbarui ketentuan tersebut.
Di bawah ketentuan perdamaian, pengaturan tentang Al-Baqura dan Al-Ghamar akan secara otomatis diperbarui. Kecuali salah satu pihak memberi tahu setahun sebelumnya jika mereka ingin mengakhiri perjanjian.
Para pejabat Yordania menilai, keputusan Raja Abdullah mengakhiri perjanjian lahan Al-Baqura dan Al-Ghamar didorong oleh rasa kekecewaan dan kemarahannya pada penolakan Israel terhadap berdirinya negara Palestina di Tepi Barat. Raja Abdullah memang vokal menyuarakan perjuangan kemerdekaan Palestina di forum atau pertemuan internasional.