Rabu 13 Nov 2019 14:48 WIB

Mahkamah Agung AS Kaji Penghapusan Program Lindungi Migran

Mahkamah Agung AS akan mendukung Trump menghapus program perlindungan migran

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Anak-anak imigran yang ditampung dalam pusat detensi di daerah perbatasan di Amerika Serikat
Foto: Forbes
Anak-anak imigran yang ditampung dalam pusat detensi di daerah perbatasan di Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan mendukung keputusan Presiden Donald Trump untuk menghapus program yang melindung ratusan ribu imigran yang disebut 'Dreamers' atau pemimpi. Para pemimpi tersebut adalah orang yang datang ke AS secara ilegal saat masih anak-anak.

Mahkamah Agung AS yang kini dikuasai konservatif mengisyaratkan mendukung langkah Trump menghapus Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA). Keputusan Trump itu sempat dibatalkan oleh pengadilan yang lebih rendah.

Baca Juga

DACA program yang dibentuk mantan Presiden Barack Obama pada 2012. Saat ini DACA melindungi 660 ribu imigran yang sebagian besar dewasa muda Hispanik dari deportasi dan memberikan izin kepada mereka untuk bekerja walaupun tidak memiliki kewarganegaraan.

Trump ingin menghapus program itu sebagai bagian dari kebijakan kerasnya terhadap imigran. Hakim Mahkamah Agung Brett Kavanaugh dan Neil Gorsuch mengindikasi mereka mendukung tindakan Trump tersebut. Kavanaugh mengatakan ia berasumsi analisis pemerintah dalam menghapus DACA akan menjadi 'keputusan yang sangat dipertimbangkan'.

"Maksud saya, ini keputusan yang serius, kami semua sepakat dengan itu," kata Kavanaugh, Rabu (13/11).

Pencalonan Kavanaugh sebagai Hakim Mahkamah Agung memicu skandal. Christine Blasey Ford menuduh Kavanaugh melecehkannya saat masih mahasiswa. Tapi pada akhirnya Kavanaugh berhasil menjadi Hakim Mahkamah Agung.

Keputusan Mahkamah Agung akan dikeluarkan pada akhir Juni. Pemerintahan Trump mengatakan pembentukan DACA telah melanggar konstitusi. Trump mengambil kebijakan keras terhadap imigran dan imigran ilegal.

Ia membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko. Kebijakan anti-imigrannya tersebut menjadi isu utama dalam kampanyenya menuju pemilihan presiden 2020.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement