Kamis 14 Nov 2019 07:30 WIB

Para Perempuan Penjaga Hutan Malawi

Para perempuan penjaga hutan Malawi melakukan pekerjaan yang tak mudah.

Rep: Dwina Agustin/Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Penjaga hutan perempuan di Taman Nasional Kasungu, Trace Banda, di Malawi.
Foto: Aljazirah/Rabson Kondowe
Penjaga hutan perempuan di Taman Nasional Kasungu, Trace Banda, di Malawi.

REPUBLIKA.CO.ID, KASUNGU -- Trace Banda menenteng senjata laras panjang M-16 berdiri di luar kamp penjaga. Dia bersiap melakukan pelatihan antiperburuan liar di dalam Taman Nasional Kasungu.

"Ini bukan pekerjaan yang mudah, itu adalah kehidupan liar. Hanya yang terkuat yang bertahan," katanya.

Perempuan berusia 35 tahun ini merupakan seorang ranger dan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan satwa liar di Taman Nasional Kasungu. Tempat ini terletak di distrik Kasungu, rumah bagi sekitar 55 ribu orang. Kasungu merupakan taman nasional terbesar kedua di Malawi dengan luas 2.316 Km persegi.

Taman Nasional ini dikenal karena populasi gajah, hanya saja selama bertahun-tahun telah terancam oleh pemburu liar. Terjadi penurunan populasi lebih dari 1.000 pada 1990-an menjadi sekitar 50 pada 2015. Saat ini, ada sekitar 120 hewan besar abu-abu itu.

Banda tidak pernah mengira dia akan menjadi penjaga hutan. Pada 2005, dia mendaftar masuk teknik mesin di perguruan tinggi, kemudian keluar karena kendala keuangan. Menganggur cukup lama, tiga tahun kemudian dia melamar menjadi penjaga hutan, meskipun tidak tahu risiko yang akan dihadapi.

Ketika Banda pertama kali tiba di Taman Nasional, dia sadar hanya dia satu-satunya ranger perempuan. "Setelah saya terpilih, saya pergi untuk pelatihan. Pelatihan itu untuk menentukan apakah saya cukup fit untuk menjadi ranger. Itu sangat sulit, saya harus berlari setiap pagi, kadang-kadang dengan ransel 15 Kg, tetapi saya bertahan," katanya, dikutip dari Aljazirah, Kamis (14/11).

Untuk mempersiapkan diri, penjaga belajar tentang perilaku binatang. Namun, konfrontasi dengan pemburu binatang, yang melibatkan tembakan sering terjadi. Hal ini menjadi jalan membuka lebih banyak bahaya dari sekadar mengenali binatang.

"Saya pergi ke hutan bersama tiga rekan kerja, itu adalah pertarungan malam. Saya mendengar suara tembakan dan segera membangunkan rekan kerja saya," ujar Banda mengenang salah satu momen pertarungan dengan pemburu liar.

Para penjaga pun berhasil memukul, bahkan melukai salah satunya. Menjadi ranger perempuan pun terbilang langka karena harus bekerja di antara para pria. Banda mengatakan, dia harus bekerja dengan empat rekan pria saat melakukan pemantauan lapangan.

Di samping itu, untuk menemukan pasangan hidup pun terbilang sulit. Kecuali, perempuan itu mendapatkan pasangan yang juga sesama ranger. Seperti Banda yang bertemu suaminya yang bisa mengerti pekerjaan membuatnya harus pergi berminggu-minggu di hutan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement