REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB mengutuk serangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza selama dua hari terakhir. Warga Palestina menjadi korban saat Tel Aviv menggempur basis Jihad Islam di wilayah yang diblokade tersebut.
Utusan Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov mengutuk penggunaan roket dan mortir tanpa pandang bulu oleh kedua belah pihak yang berkonfrontasi. "Ini benar-benar tak dapat diterima dan harus segera dihentikan. Tidak ada pembenaran atas serangan terhadap warga sipil," ujarnya pada Rabu (13/11), dikutip laman Al Araby.
Dia mendesak Israel dan Jihad Islam agar menahan diri dan tak memperburuk konfrontasi. "PBB sedang bekerja untuk meredam situasi," kata Mladenov.
Hingga Rabu sore, sebanyak 24 orang di Gaza, termasuk warga sipil dan anak-anak, telah terbunuh oleh serangan Israel. Sementara, 69 orang lainnya mengalami luka-luka.
Namun, Israel dan Jihad Islam dilaporkan telah menyepakati gencatan senjata setelah dimediasi Mesir. Juru bicara Jihad Islam Musab Al-Braim mengatakan gencatan senjata dicapai pada Kamis dini hari. Dia mengatakan Israel setuju menerima tuntutan Jihad Islam bahwa mereka akan menghentikan serangan terhadap kelompoknya.
"Gencatan senjata dimulai di bawah sponsor Mesir setelah (Pendudukan) Israel tunduk padan ketentuan yang ditetapkan oleh Jihad Islam atas nama faksi-faksi perlawanan Palestina," ujar Al-Braim.
Namun, Israel mangatakan akan mengamati quid-pro-quo sederhana dari penembakan jika kelompok perlawanan Palestina melakukannya terlebih dulu. "Diam akan dijawab dengan tenang," kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.
Pada Selasa lalu, Israel melancarkan serangan ke Gaza dan menargetkan basis kelompok Jihad Islam. Tel Aviv menuding kelompok tersebut telah melakukan serangkaian serangan lintas-perbatasan dan merencanakan serangan lainnya.
Komandan Jihad Islam di Gaza Baha Abu Al-Atta dan istrinya tewas saat Israel melancarkan serangan ke distrik Shejaia. Hal itu telah dikonfirmasi oleh Jihad Islam.