REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua House of Representative Amerika Serikat Nancy Pelosi mengkomparasikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mantan presiden Richard Nixon. Saat ini, penyelidikan pemakzulan yang dipimpin Partai Demokrat mencari tahu penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Trump sebagai presiden.
Penyelidikan pemakzulan fokus pada sambungan telepon Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Dalam pembicaraan mereka Trump meminta Zelenskiy untuk menyelidiki mantan wakil presiden Joe Biden dan putranya Hunter yang bekerja di perusahaan energi di Ukraina.
Sementara, Richard Nixon sudah mengundurkan diri setelah diterpa skandal Watergate. Ia menjadi satu-satunya presiden AS yang mengundurkan diri. Pada Jumat (15/11), Pelosi mengatakan tindakan Trump yang menahan bantuan ke negara asing agar bersedia membantunya dalam pemilihan umum 'membuat apa yang dilakukan Nixon tampak kecil'.
Dalam pembicaraanya pada 25 Juli lalu, Trump juga meminta Zelenskiy membuat teori konspirasi yang menyatakan Ukriana, bukan Rusia yang mengintervensi pemilihan presiden AS 2016 lalu. Teori konspirasi itu diangkat oleh sekutu-sekutu Trump.
Partai Republik menyerang Ketua Komite Intelijen House Adam Schiff. Pemimpin Partai Republik di House Kevin McCarthy menuduh Schiff berbohong dalam rapat dengar terbuka penyelidikan pemakzulan.
Dalam rapat dengar tersebut Schiff mengetahui identitas pembocor rahasia atau whistleblower dari komunitas intelijen AS. Whistleblower itulah yang mengajukan keluhan atas permintaan Trump terhadap Zelenskiy.
Rapat dengar yang disiarkan televisi Kamis (14/11) kemarin diperkirakan ditonton lebih dari 13,8 juta penonton. Kesaksian dua diplomat karir William Taylor dan George Kent disiarkan 10 stasiun televisi di seluruh AS.