REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Serangan udara Israel ke Jalur Gaza sepanjang pekan lalu menggugurkan 34 orang yang sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Terkait hal itu, Pemerintah Indonesia secara resmi mengeluarkan seruan kecaman atas serangan tersebut.
"Indonesia sedari awal telah mengecam serangan Israel yang menyasar warga sipil di Jalur Gaza dan Indonesia juga menyerukan kepada semua pihak untuk melakukan deeskalasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah pada Republika, Ahad (17/11).
Ia menekankan, Indonesia menyerukan semua pihak menghentikan penggunaan kekerasan dan beranjak menuju gencatan senjata. "Penyerangan terhadap warga sipil tidak bisa dibenarkan atas dasar apa pun," ujar Teuku Faizasyah. Dia kembali menegaskan, Indonesia tidak pernah surut dalam menyerukan penyelesaian masalah Palestina secara damai berdasarkan solusi dua negara (two-state solution) dengan perbatasan yang disepakati secara internasional.
Sejak awal pekan ini, Israel membombardir Gaza dengan serangan udara. Mereka hendak menumpas kelompok perlawanan Palestina di sana, yakni Jihad Islam. Komandan Jihad Islam Baha al-Atta dan istrinya terbunuh dalam serangan Israel. Agresi Israel dilaporkan turut membunuh setidaknya 34 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Sementara, 100-an orang mengalami luka-luka.
Pemerintah Malaysia juga mengutuk serangan militer Israel tersebut. Malaysia menyebut Israel telah melanggar hukum internasional karena turut menargetkan wanita dan anak-anak dalam serangannya.
Tak hanya soal serangan militer, Malaysia turut menyoroti blokade yang telah berlangsung selama 12 tahun di Gaza. "Malaysia sangat menentang blokade Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang menyebabkan penderitaan serta kesulitan kemanusiaan yang besar bagi rakyat Gaza dan organisasi bantuan kemanusiaan," kata Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (16/11).
Kuala Lumpur mendesak perlunya tindakan segera untuk mengatasi krisis di Gaza. "Malaysia menyerukan masyarakat internasional untuk bekerja guna mengakhiri pendudukan ilegal Israel dan pembentukan negara Palestina yang merdeka," katanya.
Serangan terbaru Israel ke Jalur Gaza dimulai pada Selasa (12/11) pekan lalu. Pada dini hari tersebut, seperti dilansir kantor berita Palestina, //Wafa News//, dua jet tempur Israel menembakkan dua roket ke perumahan al-Shuja’yeh di bagian timur Gaza. Serangan itu mengugurkan pimpinan senior Jihad Islam Bahaa Abu al-Atta (42 tahun) beserta istrinya, Asmaa, dan melukai tiga anak mereka.
Setelah serangan itu, sayap militer Jihad Islam, Saraya al-Quds, menembakkan roket-roket ke wilayah Israel. Militer Israel (IDF) kembali meluncurkan serangan udara untuk membalas tembakan roket yang tak melukai siapa pun di Israel tersebut.
Pada Rabu (13/11) pagi, serangan udara Israel kembali digencarkan. Serangan itu menewaskan seorang warga Palestina beserta dua putranya, dua saudaranya, dan keluarga mereka. Keesokan harinya, jumlah korban gugur mencapai 24 orang, sementara 70 terluka.
Pada Kamis (14/11) dini hari, serangan Israel dilanjutkan. Kali ini, serangan itu menyasar sebuah rumah warga sipil di wilayah Deir al-Balah dan menewaskan seluruh delapan anggota keluarga al-Sawarka yang tinggal di dalamnya. Di antara yang gugur adalah Abu Malhous sang kepala keluarga dan empat anak-anak serta dua perempuan. Sebanyak 13 perempuan dan anak-anak di sekitar lokasi itu ikut terluka.
Kementerian Pendidikan Palestina melansir, enam pelajar gugur dalam serangan Israel dan 15 sekolah rusak. Sedangkan, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, sepertiga dari 34 warga Palestina yang gugur dan 111 yang terluka merupakan anak-anak dan perempuan.
Gencatan senjata yang dimediasi Mesir sempat dicapai Israel dan Jihad Islam pada Jumat (15/11). Kendati demikian, pada Sabtu (16/11), Israel kembali melakukan serangan udara dengan dalih membalas dua roket yang ditembakkan dari Gaza. Dilansir Aljazirah, serangan tersebut tidak lagi menargetkan kelompok Jihad Islam, tetapi menargetkan lokasi milik kelompok Hamas.
Roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel, Rabu (13/11). Pesawat Israel menyerang sasaran Jihad Islam di seluruh Jalur Gaza.
Serangan udara ini menandai pertama kalinya Hamas menjadi sasaran sejak Abu al-Atta dibunuh. Koresponden Aljazirah di Gaza, Harry Fawcett, mengatakan, penargetan situs-situs milik Hamas menandai perubahan dalam strategi Israel dalam putaran pertempuran terbaru ini. "Hamas, sementara mendukung Jihad Islam secara verbal dan membuat pernyataan solidaritas, belum bergabung dalam serangan roket itu sendiri," katanya.
PBB menyeru Israel untuk menyelidiki serangan udara yang mereka lakukan ke Jalur Gaza pada Kamis lalu. Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Farhan Haq, mengatakan, Guterres menyatakan belasungkawa kepada keluarga al-Sawarka yang menjadi korban dari serangan Israel. Dia pun berharap mereka yang terluka dapat segera pulih.
"Kami menentang semua pembunuhan warga sipil. Dalam kasus keluarga Sawarka, ini adalah tragedi yang jelas," kata Haq seraya mendesak Israel menyelidiki serangan tersebut, dikutip laman al-Araby, Sabtu (16/11).
Utusan Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov turut mengecam aksi militer Israel yang turut memakan korban sipil. "Tidak ada alasan untuk menyerang warga sipil di Gaza atau di tempat lain. Sebuah tragedi. Belasungkawa tulus saya kepada keluarga al-Sawarka dan saya berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka. Saya meminta Israel bergerak cepat dengan investigasinya," ujarnya.
Selain Gaza, Israel turut menyerang basis Jihad Islam di Damaskus, Suriah. Serangan itu menyebabkan seorang pejabat Jihad Islam Akram Ajouri terluka. Namun, putra dan cucu Ajouri dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.
Juru Bicara IDF Jonathan Conricus menyatakan, pihaknya akan menyelidiki terbunuhnya keluarga al-Sawarka dalam serangan udara tersebut. Kendati demikian, ia berkilah dengan mengatakan bahwa kelompok bersenjata di Gaza sudah biasa menggunakan warga sipil sebagai tameng. n Kamran Dikarma, Fergi Nadirareuters/ap ed: fitriyan