REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina tidak akan mentoleransi setiap peristiwa kemerdekaan Taiwan. Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Wu Qian setelah melakukan pertemuan dengan para pejabat militer Amerika Serikat di Bangkok, Thailand, Senin (18/11).
Wu meminta AS menangani masalah Taiwan dengan tepat. Washington diketahui telah menyatakan siap memasok peralatan militer ke Taiwan. Hal itu memicu ketegangan antara Cina dan AS serta Taiwan.
Pada Ahad lalu, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan Cina telah mengerahkan kapal induk ke Selat Taiwan. Pelayaran kapal induk itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menunjuk pendampingnya dalam pilpres pada 2020 mendatang, yakni Willliam Lai. Dia adalah mantan perdana menteri yang sempat membuat Cina geram karena mendukung kemerdekaan Taiwan.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan Cina memang hendak mengintervensi jalannya pilpres di negaranya. Pengerahan kapal-kapal induk dinilai merupakan aksi geretak. "Para pemilih tidak akan terintimidasi. Mereka akan mengatakan tidak kepada Cina di kota suara," kata dia, dikutip laman the Straits Times.
Kementerian Pertahanan Cina belum memberikan komentar atau keterangan tentang hal tersebut. Namun, kapal tersebut dilaporkan telah berbelok ke arah Laut Cina Selatan.
Cina telah menyatakan penyelesaian masalah Taiwan adalah kepentingan nasional terbesarnya. “Cina adalah satu-satunya negara besar di dunia yang belum sepenuhnya dipersatukan kembali,” ujar Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe saat berbicara di pembukaan Xiangshan Forum di Beijing pada 20 Oktober lalu.
Dia mengatakan penyatuan atau reunifikasi Cina dan Taiwan adalah kepentingan nasional terbesar Cina. Wei menyatakan tak ada pihak yang dapat mencegah negaranya melakukan hal tersebut.
“Tidak seorang pun dan tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan reunifkasi utuh Cina. Kami berkomitmen untuk mempromosikan pengembangan damai hubungan selat lintas-Taiwan dan penyatuan kembali negara secara damai,” ucap Wei.