REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Media Korea Utara (Korut) melaporkan Pemimpin Korut Kim Jong-un mengawasi latihan angkatan udara untuk kedua kalinya dalam tiga hari terakhir. Latihan angkatan udara Korut ini digelar saat Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menunda latihan bersama mereka demi memperlancar perundingan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kantor berita Korut KCNA melaporkan, Kim mengawasi latihan pendaratan sub-unit penembak jitu Angkatan Udara dan Pasukan Antipesawat tentara Korut. Sementara pada Ahad (17/11), AS dan Korsel mengumumkan penundaan latihan gabungan mereka.
"Kim mengatakan latihan simulasi perang nyata tanpa pemberitahuan diperlukan untuk meningkatkan kesiapan," tulis KCNA, Senin (18/11).
AS dan Korsel menunda latihan yang disebut Combined Flying Training Event dalam upaya mencairkan kebuntuan perundingan dengan Korut. Washington membantah langkah itu memberikan kelonggaran kepada Pyongyang.
Combined Flying Training Event yang harusnya dilakukan tahun lalu adalah latiha simulasi pertempuran udara. Latihan yang melibatkan sejumlah pesawat tempur rahasia AS dan Korsel ini untuk menguji kesiapan kedua negara.
Pada Sabtu (16/11) lalu, KCNA melaporkan Kim menonton 'kontes pertempuran udara' komandan penerbangan dan pasukan Antipesawat. Surat kabar pemerintah Rondong Sinmun menerbitkan foto Kim sedang tersenyum saat sejumlah pilot mengelilinginya.
Belum diketahui kapan pastinya Kim mengawasi latihan ini atau apakah berita ini menyampaikan latihan yang sama. KCNA tidak menyebutkan AS atau Korsel dalam laporan mereka.
Pada Ahad kemarin Presiden Trump menyapa Kim di Twitter. Ia mencicit unggahan komentator konservatif Graham Ledger yang berisi berita Kim Jong-un menyebut mantan Wakil Presiden AS Joe Bide sebagai 'anjing gila.
"Pak Ketua (Kim Jong-un), Joe Biden mungkin Si Ngantuk dan Sangat Lamban, tapi dia bukan 'anjing gila' dia sebenarnya lebih baik dari itu, tapi saya satu-satunya yang bisa membawa Anda ke tempat yang seharusnya, Anda harus bertindak cepat, raih kesepakatan, sampai nanti," cicit Trump.