Selasa 19 Nov 2019 10:35 WIB

Israel Ingin Perluas Pencaplokan di Tepi Barat

Pasukan Israel juga kerap halangi dan mencegah petani Palestina di lahan pertanian.

Permukiman baru Israel
Foto: Reuters
Permukiman baru Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Israel mengancam akan mengambil lebih banyak lagi tanah dan lahan pertanian milik Palestina di sekitar Kota Salfit, Tepi Barat. Hal itu ditentang oleh otoritas dan warga Palestina di sana.

Direktur Urusan Sipil di Salfit Usama Musleh mengatakan, Israel telah memperbarui surat perintah pengambilalihan lahan di sana. Surat itu telah dibagikan kepada para petani Palestina di daerah tersebut.

Baca Juga

"Pasukan Israel menggunakan tanah ini untuk jangka waktu antara empat dan enam tahun. Kemudian, mereka mencaploknya untuk permukiman," kata Musleh, dikutip laman Middle East Monitor, Senin (18/11).

Musleh mengatakan, sebelumnya Israel telah melakukan hal serupa. Mereka mengambil lahan milik warga Palestina di sana, kemudian mengklaimnya sebagai bagian dari wilayahnya.

Gubernur Salfit Abdullah Komeel menyatakan, tak akan tinggal diam menghadapi rencana Israel mencaplok lahan pertanian di wilayahnya. Sebab, luas tanah tersebut mencapai ratusan hektare.

Pernyataan serupa diutarakan Sekretaris Jenderal Persatuan Petani Palestina Jammal Hammad. "Kita tidak boleh berdiam diri mengenai tindakan ini, serta mengenai semua praktik Israel lainnya terhadap para petani Palestina," kata dia.

Hammad mengungkapkan, selama ini, pasukan Israel juga kerap menghalangi dan mencegah para petani Palestina di lahan pertanian atau kebun mereka. Para petani juga sering diserang oleh pemukim Yahudi ekstremis saat mereka sedang memanen zaitun.

Pendudukan Israel terhadap Palestina merupakan pendudukan terpanjang di dunia modern. Hal itu disampaikan pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia (HAM) di wilayah Palestina Michael Lynk saat menguraikan laporannya di Majelis Umum PBB pada 23 Oktober lalu. "Israel telah menduduki Palestina selama 52 tahun, pendudukan berperang terpanjang di dunia modern," ucapnya dilaporkan laman UN News.

Saat ini, terdapat lebih dari 100 permukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Permukiman itu dihuni sekitar 650 ribu warga Yahudi Israel. Masifnya pembangunan permukiman ilegal, termasuk di Yerusalem Timur, dinilai menjadi penghambat terbesar untuk mewujudkan solusi dua negara antara Israel dan Palestina.

Pada Ahad pemimpin Hamas Ismail Haniyeh memberikan ucapan belasungkawa kepada keluarga Abu Malhous di Gaza yang kehilangan delapan anggota keluarganya akibat serangan Israel. Saat itu, Haniyeh mengatakan, pertempuran melawan Israel belum berakhir.

"Kemenangan kita di babak sebelumnya tidak dihitung oleh jumlah roket yang ditembakkan atau oleh kerugian yang berkelanjutan, tapi oleh fakta bahwa perlawanan telah sepenuhnya melumpuhkan entitas Israel," kata Haniyeh pada Ahad (17/11), dikutip laman Xinhua.

Pekan lalu, Israel membombardir Gaza dengan serangan udara. Mereka membidik kelompok perlawanan Palestina Jihad Islam. Tel Aviv menuding Jihad Islam sebagai kelompok yang telah melancarkan serangkaian serangan terhadapnya. n Kamran Dikarmareuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement