Rabu 20 Nov 2019 06:52 WIB

Prancis Kembalikan Pedang Peninggalan Islam ke Senegal

Prancis ingin mengembalikan banyak artefak yang dicuri selama masa penjajahan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Prancis
Foto: blogspot.com
Bendera Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis mengembalikan pedang milik fiolog dan penguasa Islam abad ke-19 di Senegal. Pengembalian itu sebagai upaya dari komitmennya untuk mengembalikan artefak yang dicuri selama masa penjajahan.

Dalam sebuah upacara ibu kota Senegal, Dakar, Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe menyerahkan kuningan dan pedang kayu kepada Presiden Senegal Macky Sall, Ahad (16/11). Philippe mengatakan, mengembalikan pedang itu merupakan langkah pertama dalam proyek untuk mengembalikan lebih banyak banyak artefak Afrika barat yang saat ini berada di museum Prancis.

Baca Juga

Pedang itu awalnya milik Omar Saidou Tall, seorang penguasa Afrika barat yang memimpin perjuangan anti-kolonial melawan Prancis pada 1850-an. Saidou Tall ketika itu menandatangani perjanjian damai dengan Prancis pada 1860. 

Menurut sejarawan Prancis Jean Suret-Canele, Saidou Tall meninggal karena ledakan bubuk mesiu pada 1864. Setelah kematiannya, pedangnya dan buku-buku dari perpustakaannya disita oleh orang Prancis.

"Ini adalah hari bersejarah," kata Sall itu, dikutip CNN, Selasa (19/11).

Pada November 2018, sebuah laporan yang ditugaskan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron merekomendasikan seni yang dijarah dari Afrika Sub-Sahara selama era kolonial dikembalikan. Menurut laporan itu, museum Prancis menampung setidaknya 90.000 karya asli dari sub-Sahara Afrika dengan setidaknya 70.000 karya di museum Quai Branly Paris saja.

Macron mengatakan waktu itu memberikan pidato di Universitas Ouagadougou, Burkina Faso. Dia berjanji, dalam beberapa tahun mendatang, mekanisme untuk mengembalikan karya seni warisan budaya Afrika akan dilakukan.

Pengembalian artefak pun berangkat dari tekanan yang meningkat dari pemerintah Afrika. Atas sikap itu, beberapa artefak curian dikembalikan oleh negara-negara Eropa ke negara asal.

Pada Mei, Jerman mengumumkan akan mengembalikan landmark navigasi abad ke-15 yang dikenal sebagai Stone Cross ke Nambia. Sedangkan, British Museum di London juga mencapai kesepakatan dengan Nigeria pada 2018, untuk setuju mengembalikan Benin Perunggu yang dijarah oleh tentara Inggris ke Nigeria. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement