REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China memperingatkan bahwa negaranya akan bertindak menghadapi protes Hong Kong yang berkembang menjadi situasi yang tidak terkendali. Hal tersebut ditegaskan ketika puluhan demonstran yang menduduki sebuah universitas ditembaki polisi dengan proyektil.
Hingga Selasa (19/11) masih banyak lagi pengunjuk rasa antipemerintah terjebak di dalam Universitas Politeknik Hong Kong. Dua tokoh terkemuka diizinkan oleh polisi ke kampus pada Senin malam untuk menjadi penengah. "Situasinya semakin dan semakin berbahaya," kata Jasper Tsang, politisi pro Beijing yang merupakan mantan kepala Dewan Legislatif Hong Kong dikutip Aljazirah, Rabu (20/11).
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air terhadap pengunjuk rasa yang mencoba menerobos barisan polisi untuk mencapai universitas. Mereka ingin memperkuat para demonstran di tengah perselisihan selama seminggu dengan pasukan keamanan. Demonstran berpakaian hitam melemparkan bom molotov ketika mereka mencoba untuk sampai ke universitas. Itu merupakan kekerasan paling intens dalam lima bulan demonstrasi anti-pemerintah di Hong Kong.
South China Morning Post melaporkan kebakaran besar terjadi di dalam kampus dan ledakan keras terdengar Senin malam. Belasan pemrotes melarikan diri dari universitas yang terkepung itu dengan menurunkan diri mereka di atas tali dari jembatan ke jalan raya. Begitu sampai di jalan, mereka terlihat dijemput oleh pengendara sepeda motor yang menunggu dan melarikan diri.
Kekerasan itu menarik teguran keras dari duta besar Cina untuk Inggris, Liu Xiaoming. Menurutnya, pemerintah Hong Kong berusaha sangat keras untuk mengendalikan situasi. "Namun jika situasinya menjadi tidak terkendali, pemerintah pusat tentu tidak akan duduk diam manis dan menonton. Kami memiliki resolusi dan kekuatan yang cukup untuk mengakhiri kerusuhan," katanya.
Komentarnya muncul setelah pengerahan pasukan China, yang singkat dan tidak pernah terjadi, di Hong Kong selama akhir pekan dalam pemberishan jalan. Tentara Pembebasan Rakyat memiliki barak di distrik kelas atas Hong Kong. Ditanya tentang kemungkinan intervensi, utusan itu mengatakan: "Mereka ada di sana untuk menunjukkan kedaulatan China dan mereka ada di sana untuk tujuan pertahanan," kata Liu.
Liu juga memperingatkan terhadap campur tangan eksternal dalam urusan dalam negeri China, yang memilih Inggris dan Amerika Serikat sambil menuduh mereka memaafkan kekerasan oleh pengunjuk rasa.