Kamis 21 Nov 2019 06:02 WIB

Demonstrasi Hong Kong: Puluhan Masih Bertahan di Kampus

Puluhan pengunjuk rasa masih bersembunyi di dalam sebuah universitas Hong Kong.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Reuters/A. Perawongmetha
Reuters/A. Perawongmetha

Masih ada puluhan demonstran penentang pemerintah yang bertahan di dalam kampus Universitas Politeknik Hong Kong yang telah terkepung selama empat hari berturut-turut. Pertikaian antara pengunjuk rasa dan polisi masih berlanjut pada hari Rabu (20/11).

Para pengunjuk rasa di kampus mengatakan sekitar 50 orang masih bertahan, setelah ratusan melarikan diri dari kondisi yang memburuk dan menyusul peringatan resmi bahwa polisi mungkin menembakkan peluru tajam untuk membersihkan daerah itu.

Baca Juga

"Saya tidak akan pernah menyerah. Saya akan berjuang sampai akhir," ujar seorang demonstran berusia 15 tahun bersenjatakan busur dan anak panah, yang mengidentifikasi dirinya sebagai William, kepada kantor berita AFP. "Tapi ... itu sangat berbahaya karena ketika kamu menggunakan busur, polisi harus menembakmu, dengan beberapa peluru yang tidak diketahui. Mungkin peluru yang sebenarnya."

Baca juga: Amnesty International Minta Jerman Berhenti Dukung Militer Cina

Bentrokan sengit

Dalam beberapa hari terakhir, kampus telah berubah menjadi pusat gerakan protes selama hampir enam bulan terhadap Beijing. Pemrotes telah menggunakan bom molotov, batu bata dan panah untuk mengusir polisi anti huru-hara.

Sementara itu, pihak berwenang telah membuat barisan di sekeliling kampus untuk mencegah siapa pun melarikan diri. Selama beberapa hari terakhir, lebih dari 1.000 orang telah ditangkap dan ratusan terluka dirawat di rumah sakit, kata pihak berwenang.

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada hari Selasa (19/11) menyerukan untuk mengakhiri pengepungan secara manusiawi dan mendesak para pengunjuk rasa di universitas untuk menyerah. Lam menambahkan bahwa mereka yang berusia di atas 18 tahun akan menghadapi tuduhan kerusuhan, sedangkan anak di bawah umur tidak akan ditangkap.

Protes, yang telah menimbulkan kekacauan di Hong Kong selama berbulan-bulan, telah meningkat selama beberapa minggu terakhir. Kampus universitas pun jadi saksi bentrokan sengit antara pengunjuk rasa dan polisi. Beberapa kampus di seluruh kota telah dirusak dan dibarikade oleh pengunjuk rasa berpakaian hitam yang mengklaim mereka membela kampus dari polisi.

Rabu pagi (20/11), banyak insiden pemrotes yang menghentikan kereta dengan membuka pintu darurat dan mengganggu lalu lintas, tetapi dalam skala yang jauh lebih kecil daripada minggu lalu. Beberapa stasiun kereta api tetap tutup karena kerusakan dari protes sebelumnya.

Senat AS mendukung hak asasi manusia di Hong Kong

Di Washington, Senat AS pada hari Selasa (19/11) dengan suara bulat meloloskan "Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong," yang akan mengharuskan menteri luar negeri menyatakan setidaknya satu kali setahun bahwa Hong Kong memiliki cukup otonomi untuk memenuhi syarat yang akan menjadi pertimbangan perdagangan khusus AS dan akan menjatuhkan sanksi terhadap pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM.

Beijing mengecam tindakan Senat AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengkritiknya sebagai campur tangan "terang-terangan" dalam urusan dalam negeri Cina.

Geng mengatakan undang-undang itu "menutupi tindakan kriminal dengan dalih usaha pencapaian hak asasi manusia dan demokrasi" serta dan menuduh Washington memiliki "agenda politik tersembunyi" untuk mengguncang Cina dan Hong Kong.

vlz/ae (AFP, Reuters, dpa, AP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement