Selasa 22 Oct 2019 02:06 WIB

Kumpulkan 47 Pemimpin Afrika, Putin Ingin Kuatkan Pengaruh

Putin ingin memperbesar pengaruh di Afrika.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Rusia, Vladimir Putin saat tiba di Jepang.
Foto: Junko Ozaki/Kyodo News via AP
Presiden Rusia, Vladimir Putin saat tiba di Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID,  MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan pengaruh di Afrika beberapa hari sebelum menjadi tuan rumah pertemuan puncak dengan para pemimpin negara-negara di Afrika. 

Dia mengatakan, Moskow dapat menawarkan bantuan tanpa kondisi politik, tidak seperti dilakukan sebagai negara Barat. 

Baca Juga

"Kami melihat bagaimana sejumlah negara Barat melakukan tekanan, intimidasi, dan pemerasan terhadap pemerintah Afrika yang berdaulat," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan kantor berita TASS

Kremlin mengatakan, pihaknya mengharapkan 47 pemimpin Afrika berkumpul dalam acara pertemuan perdana Rusia-Afrika di Sochi. Acara ini merupakan bagian dari dorongan ambisius untuk pengaruh dan bisnis di Afrika. 

Putin memberikan gagasan tentang negaranya ke negara-negara Afrika pada Senin (21/10). Dia memperingatkan meningkatnya persaingan sesama negara Afrika dan menuduh Barat mengintimidasi negara-negara Afrika untuk mengeksploitasi sumber daya mereka. 

Meski menyudutkan negara Barat, Putin tidak menyebut nama negara tertentu sebagai tertuduh. Namun, dia merujuk ke negara-negara yang dulunya merupakan kekuatan kolonial di benua itu.

"Mereka menggunakan metode seperti itu untuk mencoba mengembalikan pengaruh dan dominasi yang hilang di bekas jajahan mereka dengan kedok baru dan bergegas memompa keuntungan maksimum dan mengeksploitasi benua," kata Putin. 

Kebalikan dengan sikap Barat yang menawarkan bantuan dengan rencana lain, Putin mengatakan, Rusia siap menawarkan bantuan tanpa kondisi politik atau lainnya. Dia merangkul untuk memberikan solusi atas masalah-masalah yang terjadi di Afrika.

Pertemuan yang tersebut akan menyusul hampir lima tahun kerja sama dalam diplomatik, ekonomi, dan militer yang terkonsentrasi dan berupaya meresmikan masuknya kembali Rusia sebagai pemain global yang dominan di Afrika. Jalan ini mengikuti pendekatan yang sama diterapkan orang China. 

Forum Kerjasama Cina-Afrika telah menjadi sangat berpengaruh sebagai sumber dukungan ekonomi bagi negara-negara Afrika, dua kali lebih banyak pemimpin Afrika menghadiri acara Beijing tahun lalu seperti yang mereka lakukan di Majelis Umum PBB. Rusia tidak diragukan lagi akan berharap untuk jenis hubungan yang serupa dengan para pemimpin Afrika.

Hubungan Moskow dengan Afrika saat ini sedang meningkat. Putin merujuk pada perjanjian kerja sama teknis militer yang saat ini dimiliki Rusia dengan lebih dari 30 negara Afrika yang memasok senjata.

Laporan QZ menyatakan, Rusia akan berupaya menandatangani lebih banyak perjanjian militer, termasuk yang baru-baru ini diumumkan dengan Nigeria untuk melawan Boko Haram. Kontrak minyak dan gas dan pertambangan dengan negara-negara sasaran termasuk Madagaskar, Zimbabwe, Zimbabwe, Sudan, dan Sudan Selatan pun mengikuti.

Sejak 2015, Rusia telah menandatangani perjanjian militer dengan 21 negara Afrika. Dalam dekade terakhir, Rusia telah meningkatkan perdagangannya dengan benua itu menjadi 20,4 miliar dolar AS pada 2018 dari 5,7 miliar dolar AS pada 2009.

Meskipun Rusia telah menandatangani perjanjian militer dengan sekitar dua lusin negara Afrika, kehadirannya di lapangan masih relatif kecil dibandingkan dengan Prancis atau Amerika Serikat (AS).

Militer AS memiliki pos terdepan di 34 negara Afrika dan memiliki setidaknya 33 misi aktif pada 2017, termasuk pasukan khusus yang berperang secara rahasia di Libya, Somalia, Tunisia, dan Niger. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement