Jumat 22 Nov 2019 13:45 WIB

Cina Desak AS Hentikan Provokasi di Laut Cina Selatan

Cina Desak AS berhenti mengoperasikan kapal militernya di Laut Cina Selatan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Kapal perang AS di Laut Cina Selatan
Foto: Aljazeera
Kapal perang AS di Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina mendesak Amerika Serikat (AS) berhenti mengoperasikan kapal militernya di wilayah Laut Cina Selatan. Beijing mengklaim melacak jalur kapal-kapal AS di perairan tersebut.

"Kami mendesak (AS) menghentikan tindakan provokatif ini guna menghindari kecelakaan yang tidak terduga. Cina memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau Laut Cina Selatan dan daerah sekitarnya," kata juru bicara China’s Southern Theatre Command dalam sebuah pernyataan pada Jumat (22/11).

Baca Juga

AS tak membantah bahwa kapal-kapal perangnya masih melakukan pelayaran di Laut Cina Selatan. Dua di antaranya melintasi wilayah perairan tersebut baru-baru ini. Juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS Komandan Reann Mommsen mengungkapkan pada Rabu lalu bahwa kapal tempur pesisir Gabrielle Giffords melakukan perjalanan 12 mil laut dari Michief Reef.

Kemudian pada Kamis, kapal perusak Wayne E. Meyer melintasi Pulau Paracel. "Misi-misi ini didasarkan pada supremasi hukum dan menunjukkan komitmen kami untuk menegakkan hak, kebebasan, dan penggunaan laut serta wilayah udara yang dijamin secara hukum untuk semua negara," ujar Mommsen dikutip dari Reuters.

Awal pekan ini Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan AS Mark Esper melakukan pembicaraan tertutup di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan di Bangkok. Menurut seorang juru bicara Cina, pada kesempatan itu Wei mendesak Esper untuk menghentikan ketegangan serta provokasi di Laut Cina Selatan.

Sementara Esper menuding Beijing semakin menggunakan paksaan dan intimidasi guna memajukan tujuan strategisnya di perairan tersebut. Cina diketahui mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan.

Klaim itu tak hanya ditentang AS, tapi juga negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Washington pun menuding Beijing telah melakukan militerisasi di wilayah perairan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement