Jumat 22 Nov 2019 14:15 WIB

5 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Berkunjung Masjid Al-Aqsa

Untuk mencapai Masjid Al-Aqsa harus menggunakan visa Israel

Red:
Untuk mencapai Masjid Al-Aqsa harus menggunakan visa negara Israel
Untuk mencapai Masjid Al-Aqsa harus menggunakan visa negara Israel

Catatan Perjalanan Wartawan ABC, Erwin Renaldi

Tidak pernah terlintas dalam pikiran untuk mengunjungi masjid Al Aqsa karena menganggap Palestina selalu penuh dengan konflik, bahkan memakan korban jiwa seperti yang banyak dilaporkan media massa.

Saya baru memutuskan berangkat setelah ada tur dari Indonesia yang menawarkan kunjungan ke Al Aqsa di Yerusalem, dengan berziarah ke tempat-tempat para nabi.

Tak ada cara lain menuju ke sana selain menggunakan visa negara Israel, yang semua urusan pengajuan visanya sudah diurus oleh agen tur.

Saya hanya tinggal terbang langsung dari Melbourne menuju Kairo, ibu kota Mesir, karena akan masuk lewat perbatasan kota Taba di Mesir dan kota pantai Eilat di sisi Israel.

Ada rasa waswas saat hendak memasuki perbatasan, karena sebelumnya pernah membaca beberapa pengalaman blogger Muslim dari luar Indonesia soal perlakuan petugas imigrasi Israel.

Susahkah Masuk Israel?

 

Saat hendak melewati perbatasan, pemandu kami sudah memperingatkan agar saat ditanya petugas imigrasi Israel soal data pribadi harus dijawab jujur dan akurat, sesuai data yang diberikan saat mengajukan visa Israel, terutama jika ditanya nama kakek.

Ia juga memperingatkan untuk tidak berfoto atau merekam video selama di kawasan perbatasan, karena pihak berwenang akan mengamati semua perilaku pelintas perbatasan. Jika ada yang dicurigai, maka bisa diinterograsi dan akan memakan waktu lama.

Ada beberapa pos yang harus dilewati, yang pertama adalah pengecekan barang bawaan dan koper-koper yang harus dibawa sendiri, karenanya penting untuk tidak terlalu membawa banyak barang agar tidak terlalu berat.

 

Setelah mengantri dan melewati pengecekan barang, mereka mengambil paspor saya dan saya diminta ditunggu. Rupanya mereka memang menahan paspor secara acak untuk dilakukan pemindaian. Tapi kurang dari 10 menit nama saya dipanggil dan mereka menyerahkan paspor saya.

Pos kedua adalah pemberian visa Israel dan petugas imigrasi sudah mengerti jika paspor Indonesia tidak bisa diberikan stempel, karenanya mereka memberikan secarik kertas kecil seperti kupon.

Dan selanjutnya adalah pos pengecekan visa Israel. Petugas imigrasi Israel bertanya kota mana saja yang akan saya kunjungi, apa pekerjaan saya, dan dimana saya tinggal.

Sebelumnya, pemandu di Mesir yang tidak ikut ke Israel karena rumitnya mendapat visa bagi warga Arab di sekitar, memberi tahu kami untuk tidak menyebutkan kata "Palestina" atau "Al Aqsa" jika tidak ditanya, karena akan bisa membuat proses keluar perbatasan lebih lama.

Tapi bukan juga berarti kami berbohong, karena Yerusalem, Jericho, Hebron memang menjadi tujuan kami dan tentunya petugas sudah mengetahui jika kami adalah kelompok tur Muslim sehingga besar kemungkinannya mengunjungi Al Aqsa.

Yang mana masjid Al Aqsa?

 

Al Aqsa dipercaya oleh umat Muslim sebagai tempat tersuci ketiga, setelah kota Makkah dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah.

Letaknya berada di kota tua Yerusalem, yang dipercaya pernah berada di bawah kekuasaan Nabi Daud, atau David di Kitab Injil, yang diperluas oleh putranya, Nabi yang sekaligus Raja Sulaiman.

Kota tua Yerusalem juga menjadi penting untuk umat Kristen, karena tedapat 'Church of the Sepulchre' yang dipercaya umat Kristen tempat dimana Yesus disalib dan dikuburkan.

Sementara bagi umat Yahudi, 'The Western Wall' atau dikenal dengan sebutan Dinding Ratapan menjadi tempat paling suci bagi umat Yahudi. Mereka percaya dinding ini sebagai bagian dari Kuil Yahudi yang dibangun oleh Raja Sulaiman.

 

Perjalanan menuju Al Aqsa dari kota tua Yerusalem melewati lorong-lorong tua dengan jalan bebatuan serta beberapa anak tangga.

Al Aqsa sendiri adalah sebuah kompleks dengan luas sekitar 144 hektar dengan empat bangunan tempat shalat.

Yang paling terkenal dan seringkali orang mengira sebagai masjid Al Aqsa adalah bangunan dengan kubah emas tepat di atas bukit. Nama sebenarnya dari bangunan ini adalah 'Qubbatus Saqara' atau 'Dome of the Rock' yang dibangun 688 oleh khalifah Abd al-Malik ibn Marwan.

Di bawah kubah tersebut terdapat batu yang dipercaya oleh sebagian umat Muslim sebagai tempat berpijaknya Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan Isra Miraj. Sementara bagi umat Yahudi percaya batu tersebut sebagai tempat saat Nabi Ibrahim hendak mengkurbankan anaknya, Nabi Ismail.

Mengapa tak semua Muslim bisa masuk?

 

Gerbang masuk ke pelataran Al Aqsa dijaga oleh sejumlah polisi Israel dan saya melewatinya setelah ditanya berasal dari negara mana.

Tapi pernah ada dua orang lainnya di belakang saya yang ditanya lebih lama, karena mereka berpenampilan Arab.

Baru belakangan saya memahami jika mereka yang menggunakan pakaian Muslim, seperti memakai jubah atau penutup kepala untuk pria, akan lebih mudah untuk masuk. Tapi ada perkecualian jika mereka berpenampilan Arab dan orang kulit putih.

Saya sempat berkenalan dengan pasangan asal Kanada yang mengaku sudah memeluk agama Islam beberapa tahun dan mereka mengatakan jika polisi Israel meminta mereka untuk mengucapkan syahadat sebelum masuk untuk memastikan mereka Muslim.

Banyak kalangan menyebut Al Aqsa sebagai "tempat yang paling diperebutkan di muka bumi", terutama setelah tekanan dari kelompok ektrimis Yahudi yang ingin agar Israel mengambil kekuasaan sepenuhnya karena mereka percaya disanalah Kuil Sulaiman akan dibangun kembali.

Seperti yang pernah dilaporkan sejumlah media massa, pihak Israel mengaku penerapan aturan yang ketat bertujuan agar menjaga kemanan situasi di lokasi tersebut, karena seringkali warga Israel dan Palestina terlibat keributan.

Tapi sejumlah cara juga dilakukan oleh pemerintahan Israel untuk mencegah masuknya warga Palestina ke kompleks Al Aqsa. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan tembok pemisah di kawasan Tepi Barat di tahun 2000 dan dunia internasional menyebutnya sebagai "penjara" bagi warga palestina.

Dari sekitar 3 juta Palestina di Tepi Barat, hanya mereka yang berusia di atas 50 tahun yang bisa mendapatkan akses masuk ke Al Aqsa, sementara yang lainnya perlu mendapat izin dari pemerintah Israel.

Sementara bagi warga Muslim yang sudah tinggal di Yerusalem, baru pada hari Jumat dan hari raya mereka diperbolehkan shalat di Al Aqsa.

Siapakah pelindung Masjid Al Aqsa?

 

Diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, kota tua Yerusalem dibagi menjadi empat wilayah, yakni wilayah Kristen, Yahudi, Muslim, dan Armenia dengan berlaku hukum internasional.

Tapi sejumlah media di timur tengah, seperti Al Jazeera pernah menurunkan laporan soal penguasaan Israel yang ilegal di sebelah timur telah melanggar sejumlah prinsip hukum tersebut, termasuk memukimkan penduduk Israel di wilayah Muslim.

Yigal Palmor, mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel pernah mengatakan "semua agama dipersilakan" untuk mengunjungi tempat suci mereka, seperti yang dikutip dari Reuters.

Tapi, tetap bnyak Muslim yang enggan berziarah ke Al Aqsa karena dengan mengajukan visa Israel artinya mengakui negara Israel.

Seperti halnya Arab Saudi yang menjadi pelindung Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kompleks Al Aqsa berada sepenuhnya di bawah perlindungan Kerajaan Yordan, setelah mereka menaklukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur pada perang di tahun 1948.

Di tahun 1967, Kerajaan Yordan dan Israel juga sepakat jika 'Jerusalem Islamic Waqf' akan menguasai bagian dalam kompleks Al Aqsa, termasuk untuk biaya pemeliharaan dan pengeluarannya.

Sementara Israel bertanggung jawab dengan bagian luarnya, sesuai kesepakatan, meski hubungan keduanya pun tidak selalu mulus dan tak jarang juga memicu pertikaian antara warga Palestina dan polisi Israel yang memakan korban jiwa.

Beberapa pihak dari 'Jerusalem Islamic Waqf' di Yordan dan pihak Masjid Al Aqsa telah beberapa kali mengajak warga Muslim untuk tidak takut mengunjungi Al Aqsa dan Yerusalem.

Bahkan Presiden Palestina dan Otoritas Nasional Palestina, atau PNA, Mahmoud Abbas pernah mengatakan mengunjungi Al Aqsa adalah sebagai bentuk dukungan, layaknya dukungan "mengunjungi sebuah penjara".

Bisakah mengunjungi kota selain Yerusalem?

Seperti yang dikatakan saat ditanya petugas imigrasi Israel, saya pun mengunjungi kota Hebron, yang masih berada di Tepi Barat.

Daerah ini menjadi kawasan Palestina terbesar kedua setelah Gaza, meski terbagi dua dengan sebutan H1 untuk yang dikuasai oleh PNA, dan H2 yang berada di bawah Komite Komunitas Yahudi di Hebron.

Salah satu tempat yang banyak dikunjungi di Hebron adalah Masjid Al Khalil yang bersebelahan dengan sinagog yang bernama 'Cave of the Patriarchs'.

Pembagian ini dilakukan karena di tempat tersebut dipercaya umat Muslim dan Yahudi terdapat kuburan Nabi Ibrahim berserta keluarganya.

Meski dalam bahasa Arab, kata 'maqam' bukan selalu berarti kuburan, bisa jadi sebagai tugu peringatan atau tempat dimana seseorang pernah berada atau tinggal.

Untuk masuk kesini, peziarah Muslim hanya diperbolehkan masuk lewat masjid dengan melewati detektor yang dijaga polisi Israel.

 

Tempat lain yang bisa dikunjungi di Tepi Barat adalah Jericho yang juga berdekatan dengan Sungai Yordan.

Kawasan ini awalnya diduduki oleh Yordan, kemudian diambil Israel di tahun 1967. Tapi sejak tahun 1994, administrasi dari wilayah ini diberikan kepada PNA.

Disini terdapat kawasan yang diberi 'Nabi Musa' dan dipercaya sebagai maqam dari Nabi Musa.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement