REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan memulangkan anak-anak yatim piatu anggota ISIS asal Inggris dari Suriah. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan membawa pulang anak-anak merupakan langkah yang benar untuk dilakukan, Kamis (22/11).
"Anak-anak yang tidak bersalah dan yatim ini seharusnya tidak pernah mengalami kengerian perang," kata Rabb dikutip dari The Independent, Jumat (22/11).
Anak-anak tersebut identitasnya akan dirahasiakan menimbang alasan keamanan. Mereka akan menjadi warga Inggris pertama kali yang kembali setelah berada di bawah kendali kelompok ISIS.
"Sekarang mereka harus diberi privasi dan diberi dukungan untuk kembali ke kehidupan normal," ujar Raab.
Sekitar 25 wanita dan lebih dari 60 anak-anak Inggris terdampar di timur laut negara itu sejak melarikan diri dari ISIS awal tahun ini. Sebagian besar dari mereka berusia di bawah lima tahun yang berarti dilahirkan di wilayah pendudukan ISIS.
Pemerintah Inggris enggan mengembalikan warganya karena masalah keamanan. Namun, Raab pada bulan lalu mengatakan mereka sedang mencari anak-anak yatim piatu yang akan dipulangkan dan anak-anak yang tidak didampingi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya menyerukan agar semua anak anggota ISIS asing dipulangkan ke negara asal. Sekitar 70 ribu wanita dan anak-anak yang melarikan diri dari ISIS ditahan di kamp-kamp Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Fasilitas terbesar kamp ada di al-Hol yang saat ini menampung sekitar 11 ribu warga asing. SDF juga menahan ratusan milisi ISIS asal Eropa.
Sejumlah negara Eropa telah memulangkan anak-anak terlantar. Prancis, Jerman, Norwegia, dan Denmark membawa sejumlah kecil orang yang sebagian besar adalah anak yatim. Orang tua mereka terbunuh selama bulan-bulan terakhir pertahanan ISIS. Australia juga baru-baru ini membawa pulang delapan anak dan cucu dari dua warga negara Australia.