Sabtu 23 Nov 2019 16:27 WIB

Trump Klaim Cegah Cina Hancurkan Demo Hong Kong

Donald Trump klaim telah mencegah Cina hancurkan demo pro-demokrasi Hong Kong

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Donald Trump.
Foto: Christian Hartmann, Pool via AP
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim telah mencegah Cina dalam menghancurkan aksi demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong. Dia mengatakan jika bukan karena dirinya, Hong Kong akan dilenyapkan dalam waktu 14 menit.

Dalam wawancara dengan Fox & Friends pada Jumat (22/11), Trump mengungkapkan Presiden Cina Xi Jinping telah mengerahkan sejuta tentara berdiri di luar Hong Kong. Namun Xi tak memerintahkan para tentara itu untuk masuk ke Hong Kong karena Trump memintanya. "Tolong jangan lakukan itu," kata Trump saat diwawancara.

Baca Juga

Trump mengatakan kepada Xi bahwa dia akan melakukan kesalahan besar jika memerintahkan tentara Cina masuk ke Hong Kong. Hal itu pun pasti berdampak negatif pada kesepakatan perdagangan AS-Cina.

"Dengar, kita harus berdiri dengan Hong Kong. Tapi saya juga berdiri dengan Presiden Xi. Dia adalah teman saya. Dia pria yang luar biasa," ujar Trump.

Pada kesempatan itu Trump pun ditanya apakah akan menandatangani rancangan undang-undang (RUU) Hong Kong Human Rights amd Democracy Act yang telah disepakati Senat dan Dewan Perwakilan AS. "(RUU) itu sedang dikirim (ke Gedung Putih). Kami akan melihatnya dengan sangat baik," ucapnya.

Jika Trump mengesahkan RUU tersebut, pemerintah akan diberi mandat dan dasar hukum untuk menjatuhkan sanksi kepada para petinggi Hong Kong dan Cina yang dianggap melanggar hak asasi manusia. Selain itu, AS juga akan diizinkan mengevaluasi status prioritas dalam perdagangan yang diberikan AS pada Hong Kong.

Cina telah mendesak Trump untuk menolak RUU tersebut. Jika Washington salah mengambil langkah, Beijing siap bertindak keras. Cina memang telah menyerukan AS agar tak mencampuri urusan domestik negaranya, termasuk apa yang sedang terjadi di Hong Kong.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement