REPUBLIKA.CO.ID, NAGOYA -- Menteri luar negeri Jepang mengatakan ia berencana membahas isu kontroversial pekerja paksa semasa perang di Semenanjung Korea. Isu itu akan dibahas dalam pertemuan dengan mitranya Korsel pada Sabtu, sehari setelah Seoul mempertahankan perjanjian berbagi intelijen dengan Tokyo.
Pernyataan Toshimitsu Motegi merupakan indikasi terbaru dua sekutu AS tersebut berupaya memperbaiki hubungan, yang kian memburuk dalam setengah abad atas isu pekerja paksa di semenanjung Korea selama Perang Dunia II.
"Saya berniat bertukar pandangan yang tulus soal isu pekerja dari Semenanjung Korea, yang menjadi masalah inti, dan sejumlah isu bilateral lainnya," kata Motegi saat konferensi pers yang mengakhiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di kota Nagoya.
Korea Selatan pada Jumat membuat keputusan di menit terakhir untuk bertahan dengan perjanjian berbagi intelijen yang kritis dengan Jepang. Ini adalah kebalikan dramatis setelah berbulan-bulan hubungan dingin yang diperumit oleh sejarah menyakitkan mereka.
Keputusan itu disambut oleh Washington. Amerika Serikat mendorong dua sekutunya itu untuk mengesampingkan permusuhan mereka dan mempertahankan Perjanjian Kerja sama Militer (GSOMIA) yang dianggap sebagai kunci kerja sama keamanan trilateral.