Sabtu 23 Nov 2019 22:55 WIB

Wapres Iran Ingatkan Negara Tetangga Soal Kerusuhan

Iran menuduh kekuatan asing di balik aksi kekerasan dan kerusuhan di Kermanshah

Puing motor yang dibakar di jalan Isfahan, Iran dalam demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Sabtu (16/11).
Foto: Morteza Zangane/ISNA via AP
Puing motor yang dibakar di jalan Isfahan, Iran dalam demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Sabtu (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Dubai (ANTARA) - Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri pada Sabtu memperingatkan negara-negara di kawasan akan akibat yang akan dialami jika terbukti mereka ikut campur dalam memicu kerusuhan di Iran, kantor berita semi resmi Fars melaporkan.

"Beberapa negara di kawasan semestinya tahu bahwa mereka tidak akan menikmati ketenangan di kawasan jika terbukti mereka campur tangan menciptakan kerusuhan di Iran," kata Jahangiri, yang dikutip Fars.

Baca Juga

Iran telah menyalahkan "para preman" terkait dengan musuh-musuh asing - Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi - dan mereka yang berada di pengasingan atas usaha-usaha memicu kerusuhan setelah kenaikan harga bensin yang mengarah kepada penahanan sekitar 1.000 demonstran dalam kekerasan.

Arab Saudi, pesaing Iran di kawasan, dan musuh bebuyutannya Israel telah mendukung langkah-langkah AS untuk memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang melumpuhkan ekonomi Teheran. Hal ini setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir Republik Islam itu dengan kekuatan-kekuatan dunia tahun 2015.

Tentara Iran dan para anggota Garda Revolusi membantu polisi memadamkan kerusuhan yang berubah menjadi kekerasan di Provinsi Kermanshah pekan ini, kata para pejabat Iran pada Sabtu (23/11). Ia juga menuding "agen-agen AS" berada di antara para pengunjuk rasa yang bersenjata.

Kelompok HAM Amnesty International mengatakan sedikitnya 30 orang tewas di provinsi di bagian barat Iran dan jumlah yang tewas di seluruh negara itu bertambah jadi lebih 100 orang. Iran membantah jumlah tersebut dan menyebutnya "spekulatif".

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement