REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sumber rumah sakit dan keamanan Irak mengatakan dua orang tewas dalam hari ketiga bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi di pusat Baghdad. Para korban tewas setelah polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
Pada Ahad (24/11) para sumber mengatakan dua pengunjuk rasa terkena tembakan peluru karet dan tewas seketika. Sementara 20 orang lainnya terluka dalam bentrok yang terjadi di Rasheed Street. Jalanan yang terkenal dengan arsitektur klasik dan sekarang di penuhi sisa-sisa bentrokan.
Sudah ada 16 orang tewas dan ratusan lainnya terluka selama unjuk rasa yang terjadi di Irak baru-baru ini. Para sumber tidak menyebutkan nama mereka karena peraturan.
Setidaknya 324 pengunjuk rasa tewas dalam unjuk rasa yang dimulai sejak 1 Oktober lalu. Ketika ribuan rakyat Irak turun ke jalan untuk menentang korupsi dan buruk layanan publik walaupun Irak negara yang kaya minyak.
Polisi mengambil foto di sela aksi antipemerintah di Baghdad, Irak, Sabtu (23/11).
Sementara itu Parlemen Irak gagal menggelar rapat karena sedikitnya anggota parlemen yang hadir. Para anggota parlemen harusnya membacakan undang-undang reformasi baru untuk menenangkan pengunjuk rasa. Sesi selanjutnya akan dimulai pada Senin (25/11).
Bentrokan yang terjadi di pusat Rasheed Street di mulai pada hari Kamis (21/11). Bentrokan terjadi ketika pengunjuk rasa berusaha untuk membongkar barikade yang dibangun oleh pasukan keamanan yang mengarah ke Jembatan Ahrar di Sungai Tigris. Pasukan keamanan merespons upaya pengunjuk rasa dengan rentetan gas air mata dan peluru tajam.
Kekerasan sempat berhenti pada Jumat (22/11) sore dan kembali terjadi pada malam harinya. Pasukan keamanan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
Pengunjuk rasa menduduki sebagian tiga jembatan yakni Ahrar, Jumhuriya dan Sinak. Jembatan-jembatan itu mengarah ke Zona Hijau, wilayah yang berisi gedung-gedung pemerintah dan misi-misi diplomatik.