Selasa 26 Nov 2019 05:45 WIB

Tingkat Gas Rumah Kaca Capai Rekor

Konsentrasi dua gas rumah kaca lainnya, yakni metana dan dinitrogen oksida.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Tim Kementan mengukur efek gas rumah kaca pada produk hortikultura
Foto: Humas Kementan
Tim Kementan mengukur efek gas rumah kaca pada produk hortikultura

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan tingkat gas rumah kaca di atmosfer mencapai rekor tertinggi pada 2018. Mereka menyerukan tindakan cepat untuk melindungi kesejahteraan umat manusia pada masa mendatang.

Konsentrasi karbon dioksida (CO2) pada 2018 tercatat mencapai 407,8 parts per million (ppm). Angka itu melonjak dibandingkan pada 2017, yakni 405,5 ppm. Peningkatan itu tepat di atas kenaikan rata-rata tahunan 2,06 ppm selama dekade terakhir.

Baca Juga

"Tidak ada tanda-tanda perlambatan, apalagi penurunan, dalam konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer terlepas dari semua komitmen di bawah Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim," kata Kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/11), dikutip Aljazirah.

Konsentrasi dua gas rumah kaca lainnya, yakni metana dan dinitrogen oksida, juga mencapai rekor tertinggi pada 2018. "Tren jangka panjang yang berkelanjutan ini akan dihadapkan dengan dampak perubahan iklim yang semakin parah, termasuk kenaikan suhu, cuaca yang lebih ekstrem, tekanan air, kenaikan permukaan laut, dan gangguan ekosistem laut serta darat," kata Taalas.

Dia memperingatkan terakhir kali bumi mengalami konsentrasi karbon dioksida yang sebanding adalah pada tiga hingga lima juta tahun lalu. "Saat itu suhu 2 hingga 3 derajat celcius lebih hangat dan permukaan laut 10-20 meter lebih tinggi dari sekarang," ujarnya, dikutip laman the Guardian.

Para ilmuwan dunia menghitung bahwa emisi harus turun hingga setengahnya pada 2030. Tujuannya agar memberi peluang yang baik guna membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat celcius. Di luar itu, ratusan juta manusia akan menderita lebih banyak gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kemiskinan.

Oleh sebab itu Taalas mendorong dunia mengambil tindakan segera. "Kita perlu meningkatkan tingkat ambisi demi kesejahteraan umat manusia di masa depan," kata dia.

Direktur The Energy and Climate Intelligence Unit Richard Black mengatakan peningkatan level gas rumah kaca di atmosfer harus dijadikan pengingat serius bagi pemerintah. "Bahwa sejauh ini mereka secara kolektif mengingkari janji yang mereka buat di KTT Paris," ujarnya.

Sejak 1990, peningkatan kadar gas rumah kaca telah membuat efek pemanasan atmosfer 43 persen lebih kuat. Sebagian besar dari itu, yakni sekitar empat per lima, disebabkan CO2.

Tapi konsentrasi dua gas rumah kaca lainnya, yaitu metana dan dinitrogen dioksida, juga melonjak. Pada 2018 jumlahnya lebih tinggi daripada rata-rata tahunan selama dekade terakhir.

Metana yang diproduksi oleh ternak, sawah, dan ekploitasi bahan bakar fosil, bertanggung jawab atas 17 persen dari efek pemanasan. Konsentrasinya sekarang lebih dari dua kali lipat tingkat pra-industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement