REPUBLIKA.CO.ID, TBILISI -- Polisi anti huru-hara Georgia menggunakan water canon untuk membubarkan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di depan Gedung Parlemen di Tbilisi. Para demonstran berusaha memblokir jalan menuju gedung itu dan mencegah anggota parlemen masuk.
Pengunjuk rasa meminta adanya reformasi pemilihan umum. Beberapa jam sebelumnya pengunjuk rasa mengibarkan bendara nasional Georgia dan Uni Eropa. Mereka meneriakkan kata 'Ubah' dan 'Mundur'. Tapi permintaan mereka diabaikan.
"Jika pengunjuk rasa melanggar hukum, negara akan bertindak secukupnya," kata anggota parlemen dari partai berkuasa, Mamuka Mdinaradze, seperti dilansir Deutsche Welle pada Selasa (26/11).
Salah satu oposisi pemerintah Giorgi Vashadze mengatakan beberapa orang termasuk satu politisi oposisi ditangkap polisi. Unjuk rasa ini dipicu karena pekan lalu partai berkuasa memundurkan jadwal reformasi pemilihan umum.
Pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak hanya berjuang untuk perubahan sistem pemilihan umum. Tapi untuk demokrasi di bekas negara Uni Soviet itu sendiri.
Perubahan peraturan pemilihan umum dijadwalkan pada 2024. Tapi oposisi menuntut lebih awal karena peraturan itu menguntungkan partai berkuasa Georgian Dream.
Pada awal tahun ini rakyat Georgia juga melakukan unjuk rasa menentang pengaruh Rusia di negara itu. Hubungan Rusia-Georgia sudah lama putus karena upaya Tbilisi untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.