REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pesawat Israel menyerang beberapa tempat yang terkait dengan sayap militer Hamas Gaza, Rabu (27/11) pagi. Serangan ini merupakan balasan terhadap tembakan roket dari wilayah Palestina.
Militer Israel mengatakan, serangan udara diluncurkan mengarah sasaran di Jalur Gaza selatan, termasuk fasilitas pembuatan senjata. Hingga saat ini belum ada laporan korban dari peristiwa tersebut.
Serangan udara itu terjadi tidak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam untuk menanggapi dengan keras setiap serangan. "Jika seseorang di Gaza berpikir dia dapat mengangkat kepalanya setelah Operasi Sabuk Hitam, dia sangat keliru," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aljazirah, Rabu (27/11).
Penyataan Netanyahu merujuk pada dua hari pertukaran antara pasukan Israel dan pejuang Palestina dua pekan lalu. Pada Selasa malam, militer Israel mengatakan mengidentifikasi dua proyektil yang ditembakkan dari Jalur Gaza, dengan pertahanan rudal dapat menghadang satu serangan.
Serangan itu adalah insiden kedua pekan ini dan mengguncang gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa awal bulan ini. Kesepakatan itu awalnya bisa menahan putaran pertempuran terakhir dan kini serangan kembali berlanjut.
Gejolak dipicu ketika Israel membunuh seorang komandan senior Jihad Islam di Gaza. Kelompok pejuang itu meluncurkan ratusan roket ke Israel sebagai tanggapan.
Serangan balasan Israel menewaskan sedikitnya 34 warga Palestina, termasuk 16 warga sipil. Gencatan senjata tidak resmi telah menyebabkan berbulan-bulan ketenangan antara Israel dan Hamas, yang telah memerintah Gaza sejak 2007.