Kamis 28 Nov 2019 17:00 WIB

Parlemen Cile Ingatkan Kekerasan Mengancam Demokrasi

Parlemen Cile sepakat mempercepat reformasi untuk meningkatkan keamanan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pengunjuk rasa antipemerintah bentrok dengan polisi di Santiago, Cile, Senin (18/11).
Foto: AP Photo/Esteban Felix
Pengunjuk rasa antipemerintah bentrok dengan polisi di Santiago, Cile, Senin (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Anggota parlemen Cile sepakat mempercepat reformasi untuk meningkatkan keamanan. Mereka memperingatkan kekerasan dan vandalisme akan mengancam demokrasi yang sudah berlangsung selama 30 tahun di negara itu.

Jaksa mengatakan kerusuhan yang dipicu ketidaksetaraan dan buruknya layanan sosial telah menewaskan 26 orang dan melukai 13.500 orang lainnya. Kerusuhan mengganggu sistem transportasi Santiago dan merugikan pengusaha.

Baca Juga

Partai penguasa dan oposisi sepakat pemerintah terlambat dan bertindak terlalu sedikit dalam menanggulangi krisis yang sedang terjadi. "Negara sedang menghadapi krisis kekerasan dan vandalisme yang mengancam demokrasi kami," kata dokumen parlemen sebanyak dua halaman, Kamis (28/11).

Kerusuhan dan kekerasan yang terjadi awal pekan ini membuat peso Cile anjlok terhadap dolar AS di penutupan bursa saham Rabu (27/11) kemarin. Para analis berpendapat pertumbuhan ekonomi dan angka pengangguran Cile semakin suram.

Presiden Sebastian Pinera meminta Kongres untuk mendukung undang-undang yang ia ajukan pekan lalu. Undang-undang itu akan mengizinkan pemerintah untuk mengumpulkan data intelijen dan memperkeras hukum terhadap penjarahan dan pengerusakan yang merajalela.

"Kekerasan menyebabkan kerusakan yang mungkin tidak dapat diperbaiki lagi dalam tubuh dan jiwa masyarakat kami," kata Pinera di kantor presiden La Moneda.

Para anggota parlemen sepakat untuk mendorong maju reformasi keamanan dengan 'penyelesaian'. Mendesak Pinera menggunakan 'alat konstitusional' yang dimilikinya untuk menghentikan kekerasan dan juga menjaga hak asasi manusia.

Dalam beberapa bulan terakhir kerusahan yang sama juga terjadi di beberapa negara Amerika Latin lainnya seperti Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Unjuk rasa yang kerap berubah menjadi kerusuhan menuntut reformasi politik, sosial, dan ekonomi.

Menteri Dalam Negeri Cile melaporkan pada Selasa (26/11) polisi menangkap 195 orang terkait sejumlah 'insiden serius'. Jumlah orang yang ditangkap dua kali lipat dibandingkan malam sebelumnya.

Vandalisme terjadi di hotel-hotel besar di kota turis La Serena. Para pelaku pengerusakan membalikkan meja, merobek lukisan yang dipanjang di dinding, dan memecahkan kaca.

Pengunjuk rasa juga menyerang wilayah kelas atas di Santiago. Mereka melakukan pawai di pusat perbelanjaan di pinggir kota La Dehesa pada awal pekan ini dan di Las Condes pada Rabu kemarin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement