Tentara militer Irak menembak mati sedikitnya 16 pengunjuk rasa dan melukai 22 lainnya di selatan kota Nassiriya, Kamis (28/11) pagi. Bentrok antara demonstran anti pemerintah dan pasukan keamanan Irak telah terjadi selama hampir dua bulan.
Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa yang memblokade dua jembatan di Nassiriya, Kamis (28/11) dini hari, sehari sebelum demonstran menembaki dua gedung pemerintah dan kediaman anggota parlemen.
Kekerasan di Nassiriya terjadi setelah demonstran yang berada di kota suci Syiah, Najaf, Irak membakar gedung Konsulat Iran. Demonstran anti pemerintah Irak marah kepada pemerintah Iran karena dianggap campur tangan terkait keadaan politik di negaranya.
Sedikitnya satu demonstran tewas dan 35 lainnya luka-luka saat pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah mereka untuk mencegah pengunjuk rasa memasuki gedung.
Akibat insiden tersebut, pihak berwenang Irak kini memberlakukan jam malam bagi warganya. Sementara itu, pusat perkantoran dan gedung pemerintahan juga ditutup.
Berusaha pulihkan keadaan
Pada Kamis (28/11), pihak militer Irak mengatakan bahwa pihaknya telah membentuk pasukan gabungan antara tentara militer bersama warga Irak, untuk memulihkan keadaan dan menjaga keamanan di provinsi-provinsi selatan kota suci Syiah.
Komandan militer Irak ditunjuk untuk mengarahkan dan mengendalikan keamanan dan bekerja sama dengan gubernur.
Unjuk rasa terbesar anti pemerintah terjadi di Ibukota Baghdad dan Irak selatan. Mereka protes terhadap kalangan elite politik dan praktik korupsi yang merajalela setelah Presiden Irak, Saddam Hussein digulingkan oleh invasi Amerika Serikat pada 2003. Lebih dari 350 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam demonstrasi yag terjadi selama dua bulan terakhir.
Demontrasi ini adalah ancaman terbesar bagi kalangan penguasa yang didominasi kelompok Syiah, di era pemerintahan pasca kepemimpinan Saddam Hussein. Para pengunjuk rasa sebagian besar adalah pengangguran dan anak-anak muda Syiah yang merasa kehilangan hak-haknya. Mereka meminta pertanggungjawaban wakil rakyat yang saat ini duduk parlemen.
Janji reformasi tak mampu redam amarah
Demonstran anti pemerintah Irak menggelar aksi unjuk rasa sejak awal Oktober. Mereka menyerukan pengunduran diri pemerintah, pembubaran parlemen dan perombakan sistem politik.
Janji-janji reformasi telah berulang kali disampaikan oleh pejabat Irak, namun hal itu gagal meredam amarah demonstran yang kebanyakan anak muda.
Sebelumnya, Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi telah menjanjikan pemilu dan reformasi anti-korupsi. Meski hal tersebut belum dijalankan, pasukan keamanan telah menembak mati ratusan demonstran yang sebagian besarnya pengunjuk rasa yang menggelar aksi damai di jalan-jalan Baghdad dan kota-kota selatan Irak.
Demonstrasi ini adalah yang terbesar di Irak sejak Desember 2017, ketika pemerintah Irak menyatakan pembebasan semua wilayah yang sebelumnya di bawah kendali ekstremis ISIS. pkp/hp (afo, ap, rtr)