REPUBLIKA.CO.ID, APIA -- Sejumlah negara mengirim bantuan staf dan pasokan medis ke Kepulauan Samoa guna memerangi wabah campak. Bulan ini, pulau Pasifik itu mengumumkan keadaan darurat wabah campak.
Seperti dilansir laman Aljazirah, pemerintah Samoa mengumumkan pada Jumat (29/11) korban meninggal akibat campak meningkat menjadi 42 orang. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak di bawah empat tahun. Penurunan signifikan terhadap imunisasi dalam beberapa tahun terakhir telah membuat Samoa rentan terhadap wabah penyakit.
Selandia Baru yang bertetangga mengatakan bahwa pihaknya mengirim lebih banyak persediaan dan personel. Termasuk di dalamnya tim bantuan medis darurat, vaksinasi perawat, spesialis perawatan intensif, dan profesional medis yang mampu berbahasa Samoa.
"Sistem kesehatan Samoa berada di bawah tekanan serius dengan meningkatnya jumlah orang, yang banyak di antaranya masih sangat muda membutuhkan perawatan kompleks sebagai akibat dari wabah campak," kata Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters dalam sebuah pernyataan pada Jumat (29/11).
Peters mengatakan Selandia Baru juga akan mendanai 100 ribu vaksin lagi untuk campak dan rubela. Sementara Inggris mengatakan sekelompok dokter dan perawat Inggris dikirim ke Samoa untuk membantu upaya-upaya Samoa mengendalikan wabah. Australia juga mengatakan pihaknya telah mengirim tenaga medis dan persediaan.
WHO mencatat cakupan vaksin di sana hanya sekitar 31 persen. Vaksinasi massal diluncurkan di negara yang berpenduduk 200 ribu dan terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa antara Hawaii dan Selandia Baru itu. Pemerintah mengatakan telah melakukan vaksin kepada 50.068 orang. Sekolah-sekolah pun ditutup untuk vaksinasi.
Kementerian kesehatan mengatakan sebanyak 3.149 kasus campak telah dilaporkan, dengan catatan sebanyak 213 terdeteksi dalam 24 jam terakhir. Dari 197 korban di rumah sakit, 20 adalah anak-anak sakit kritis dan tiga adalah wanita hamil.
Campak disebabkan oleh virus yang sangat menular yang menyebar dengan mudah melalui batuk dan bersin. Kasus-kasus meningkat di seluruh dunia, termasuk di negara-negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat (AS). Campak mendera ketika orang tua menghindari imunisasi sebab alasan filosofis atau keagamaan atau karena kekhawatiran yang sepenuhnya tidak terbukti atas keamanan vaksin.
Negara-negara Pasifik lainnya seperti Tonga dan Fiji juga bergulat dengan lonjakan jumlah kasus campak. Tonga mengatakan wabahnya menyusul kembalinya satu regu pemain rugbynya dari Selandia Baru, di mana kota terbesar Auckland menangani semakin banyak kasus.