REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia dapat melihat Prancis pecah dari NATO. Trump mengaku terkejut dengan hal itu karena ia yakin Prancis membutuhkan perlindungan dari yang lain.
"Saya melihat Prancis pecah," kata Trump sebelum bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara NATO lainnya di London, Selasa (3/12).
Presiden Prancis Emmnuel Macron mengatakan NATO 'mati otak'. Ia menegaskan tidak menyesali perkataannya karena sebagai untuk membangunkan aliansi militer itu.
"Saya melihatnya (Macron) dan saya katakan dia membutuhkan perlindungan daripada siapa pun dan saya melihat dia pecah, jadi saya akan terkejut," kata Macron.
Selain Macron, NATO juga menghadapi ancaman Presiden Turki Tayyep Erdogan untuk memblokir rencana melindungi negara-negara Baltik dan Polandia. Ancaman tidak berlaku apabila NATO mendukung Ankara berperang melawan Kurdi di Suriah.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuturkan walaupun ada perselisihan yang menjadi berita utama tapi ia memastikan aliansi militer itu dalam keadaan sehat. Ia yakin NATO memiliki kekuatan untuk melakukan misi utama mereka melindungi Eropa setelah Rusia menganeksasi Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu.
"Kami menghadapinya dengan paradoks. Ya kami memiliki beberapa perbedaan, tapi realitanya adalah kami melakukan hal lebih banyak bersama-sama selama bertahun-tahun," kata Stoltenberg.
Eropa, Turki, dan Kanada akan mengeluar uang sebesr 400 miliar dolar AS untuk anggaran pertahanan tahun 2024. Tujuannya untuk menenangkan Trump yang sudah lama mendesak sekutu-sekutu AS untuk mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan kolektif.
Pemimpin-pemimpin negara NATO juga akan menyepakati anggaran tahun 2021-2024 yang akan mengurangi kontribusi AS dalam mendanai aliansi itu. Mereka juga akan menyepakati strategi baru untuk mengawasi perkembangan aktivitas militer Cina untuk pertama kalinya. Mereka juga akan menjadikan angkasa sebagai medan pertempuran seperti udara, laut, daratan dan jaringan komputer.