Rabu 04 Dec 2019 13:29 WIB

Komite Intelijen Rilis Laporan Penyelidikan Pemakzulan Trump

Komite Intelijen rilis laporan penyelidikan pemakzulan Trump setebal 300 halaman

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Komite Intelijen rilis laporan penyelidikan pemakzulan Trump setebal 300 halaman. (Ilustrasi)
Foto: Andy Rain/EPA
Komite Intelijen rilis laporan penyelidikan pemakzulan Trump setebal 300 halaman. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komite intelijen House of Representative Amerika Serikat (AS) telah merilis laporan penyelidikan pemakzulan Presiden Donald Trump. Dalam laporan setebal 300 halaman itu komite menyatakan Trump telah menyalahgunaakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

"Bukti yang kami temukan benar-benar luar biasa bahwa presiden menggunakan kekuasaan kantornya untuk mendapatkan bantuan politik dan melanggar kepercayaan rakyat Amerika yang diberikan kepadanya dan membahayakan keamanan kami," kata ketua komite intelijen House Adam Schiff, Rabu (4/12).

Baca Juga

Trump diduga mendorong intervensi asing dalam pemilihan umum di AS dan menghalangi Kongres untuk menyelidikinya. Komite intelijen House tidak memberikan penilaian apakah sambungan telepon antara Trump dan Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskiy  sebagai 'kejahatan dan pelanggaran tingkat tinggi'.

Sambungan telepon yang dilakukan pada pada 25 Juli lalu itu inti dari penyelidikan pemakzulan Trump. Status sambungan telepon itu akan menjadi dasar untuk pemakzulan Trump.

"Keputusan yang sulit untuk melangkah ke jalan ini, karena hal ini begitu berdampak pada negara. Presiden telah menulis sendiri penyelidikan pemakzulannya berulang kali dengan mencari bantuan asing dalam kampanye pemilihan umum," kata Schiff.

Walaupun tidak menetapkan status sambungan telepon tersebut tapi laporan itu merinci 'kesalahan signifikan' yang dilakukan presiden yang akan di asesmen oleh komite kehakiman. Schiff menegaskan apa yang dilakukan Trump membahaya pemerintah dan rakyat Amerika.

"Rakyat Amerika harus mengerti presiden ini menempatkan kepentingan politiknya di atas mereka dan itu membahayakan negara," tambah Schiff.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement