Kamis 05 Dec 2019 06:16 WIB

Apakah Jet Pribadi Perlu Dilarang Demi Perlindungan Lingkungan?

Menghadiri KTT Iklim COP25 di Madrid, banyak pejabat dan tokoh yang datang dengan jet pribadi. Apakah perjalanan mewah ini perlu dilarang untuk meredam perubahan iklim?

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/R. Sitdikov
picture-alliance/dpa/R. Sitdikov

Banyak delegasi yang hadir di KTT Iklim COP25 di Madrid akan datang dengan pesawat terbang. Beberapa peserta bahkan akan tiba dengan jet pribadi. Penerbangan adalah moda perjalanan yang "intensif karbon", artinya menyebabkan emisi CO2 yang cukup tinggi.

Kondisi ini sudah sering dikritik aktivis lingkungan. Karena para politisi dan selebriti yang sering menyerukan perlindungan iklim dianggap munafik ketika memperumit masalah perlindungan iklim dengan moda perjalanannya.

Baca Juga

"Bahkan ketika mereka bermaksud baik, orang-orang yang sangat kaya tidak berhenti menghancurkan kehidupan dunia," tulis aktivis lingkungan Inggris George Monbiot dalam sebuah kolom di harian terkemuka Inggris, The Guardian.

George merujuk pada konferensi iklim yang pernah diselenggarakan Google Juli lalu, yang menampilkan banyak tokoh terkemuka, termasuk mantan Presiden AS Barack Obama, Prince Harry dan aktor Hollywood Leonardo DiCaprio. - tiba di salah satu dari 114 jet pribadi yang daatng ke Verdura Resort di Italia.

Perjalanan dengan pesawat pribadi merusak?

Di Forum Ekonomi Dunia di Davos Januarim 2019, posting sejarawan Belanda Rutger Bregman menjadi viral setelah dia menulis bahwa "1500 jet pribadi telah terbang ke sini untuk mendengar Sir David Attenborough berbicara tentang bagaimana kita menghancurkan planet ini."

Perjalanan udara kebanyakan tidak dilakukan untuk popularitas pribadi. Di kota-kota besar AS, Amerika Selatan dan Asia yang sering dilanda kemacetan parah, para pebisnis biasa mengandalkan pesawat untuk menghemat waktu. Di Sao Paulo, Brasil, misalnya, permintaan atas helikopter pribadi meningkat pesat, juga selama negara itu dilanda krisis ekonomi. Perkembangan yang sama terlihat di metropolitan Asia di India, Cina dan Indonesia.

Dalam survei majalah Business Jet Traveler tahun 2018, lebih 1400 eksekutif dan individu berpendapatan tinggi menyatakan bahwa kenyamanan, privasi, dan keamanan yang menjadi faktor kunci dalam keputusan mereka untuk menggunakan pesawat pribadi.

Tetapi sebagian besar responden mengatakan mereka biasanya melakukan penerbangan pendek. 77% responden mengatakan penerbangan tipikalnya berjarak kurang dari 2.400 kilometer, hanya 7% yang mengatakan mereka menggunakan jet pribadi untuk penerbangan antarbenua.

Amerika Utara memimpin di dunia dalam hal kepemilikan jet pribadi, dengan armada lebih dari 13.600 pesawat. Peringkat kedua adalah Eropa dan Rusia, dengan kurang dari 2900 pesawat pribadi.

Lebih mewah, lebih banyak emisi

Kenyatannya, bepergian dengan pesawat memang tidak ramah lingkungan. Penerbangan pulang pergi dari Berlin ke New York di kelas ekonomi, bernilai emisi antara 1,5 dan 2 ton CO2, menurut Badan Energi Internasional.

Sebuah studi Bank Dunia dari 2013 memperkirakan, penumpang pesawat komersial yang melakukan perjalanan di kelas satu bertanggung jawab atas sekitar tiga kali lipat emisi penumpang di kelas ekonomi, karena kursi di kelas satu membutuhkan lebih banyak ruang daripada di kelas ekomomi.

Sebuah analisis lembaga think tank Inggris, Common Wealth, baru-baru ini menunjukkan, seorang penumpang yang bepergian dengan pesawat pribadi untuk jarak pendek memancarkan sekitar empat hingga 15 kali lipat emisi penumpang pesawat kelas ekonomi - dan antara 75 sampai 250 kalilipat emisi CO2 dari perjalanan dengan kereta api.

hp/

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement