Rabu 04 Dec 2019 02:00 WIB

Uni Eropa Pesimistis Target Kurangi Emisi Hingga 2030

ni Eropa pesimistis akan kehilangan target dalam mengurangi gas rumah kaca

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Perubahan iklim. ni Eropa pesimistis akan kehilangan target dalam mengurangi gas rumah kaca. (Ilustrasi)
Foto: PxHere
Perubahan iklim. ni Eropa pesimistis akan kehilangan target dalam mengurangi gas rumah kaca. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Uni Eropa pesimistis akan kehilangan target dalam mengurangi gas rumah kaca pada tahun 2030. Hal ini menjadi tantangan terhadap upaya blok Eropa untuk menjadi pemimpin dalam perang melawan perubahan iklim.

Badan Lingkungan Eropa mengatakan langkah-langkah yang ada menempatkan Uni Eropa pada jalur memotong emisi karbon dioksida dan polutan pemanasan planet. Pemotongan karbon dioksida dan polutan itu mencapai sebesar 30 persen pada dekade berikutnya dibandingkan dengan tingkat 1990.

Baca Juga

Saat ini, 28 negara blok Uni Eropa bertujuan untuk pengurangan 40 persen pada tahun 2030. Beberapa pemimpin telah menyerukan target ini dinaikkan menjadi 55 persen dengan tujuan jangka panjang untuk mengakhiri hampir semua emisi baru pada tahun 2050.

"Tren terbaru menyoroti perlambatan kemajuan di bidang-bidang seperti mengurangi emisi gas rumah kaca, emisi industri, penghasilan limbah, peningkatan efisiensi energi, dan bagian dari energi terbarukan," kata badan itu dalam sebuah laporan.

"Ke depan, laju kemajuan saat ini tidak akan cukup untuk memenuhi target iklim dan energi 2030 dan 2050," tambah pernyataan badan tersebut.

Laporan tersebut dirilis ketika pejabat dari hampir 200 negara bertemu di Madrid dalam pembicaraan iklim. Komisi eksekutif baru Uni Eropa diharapkan mempresentasikan rencana jangka panjang untuk mengatasi pemanasan global atau kerap dijuluki Kesepakatan Hijau Eropa pada pekan depan.

Para pegiat lingkungan mengatakan Uni Eropa harus meningkatkan upayanya dalam memastikan tujuan kesepakatan iklim Paris 2015. Tujuannya adalah menjaga pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit) pada akhir abad ini.

"Para pemimpin Uni Eropa saat ini adalah generasi terakhir yang dapat mencegah kerusakan iklim," kata Direktur kelompok kampanye Climate Action Network Europe, Wendal Trio.

Trio mencatat Parlemen Eropa baru-baru ini mendeklarasikan "darurat iklim" hanya simbolis. "Warga ingin mereka bertindak sekarang juga dan tidak dalam 30 tahun," katanya.

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan Rabu (4/12) oleh sekelompok ilmuwan internasional menemukan bahwa baik Uni Eropa dan Amerika Serikat melihat penurunan emisi 1,7 persen dari 2018 hingga 2019. Tetapi China mengalami peningkatan 2,6 persen dan India mengalami kenaikan 1,8 persen.

Aktivis Swedia Greta Thunberg mengatakan penelitian itu menunjukkan bahwa pengurangan drastis sangat dibutuhkan sebab emisi CO2 terus meningkat. "Kami masih bergerak cepat ke arah yang salah," cicit Thunberg yang diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Madrid untuk protes massa pada Jumat di luar pembicaraan iklim.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement