Kamis 05 Dec 2019 16:15 WIB

Proses Penarikan Pasukan AS dari Utara Suriah Sudah Selesai

Menhan AS Mark Esper mengatakan penarikan pasukan AS dari utara Suriah sudah selesai

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Menhan AS Mark Esper mengatakan penarikan pasukan AS dari utara Suriah sudah selesai. Ilustrasi.
Foto: Youtube
Menhan AS Mark Esper mengatakan penarikan pasukan AS dari utara Suriah sudah selesai. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan proses penarikan pasukan AS dari utara Suriah sudah selesai. Kini tinggal 600 pasukan AS yang masih bertugas di seluruh Suriah.

Pernyataan Esper ini menandai berakhirnya masa ketidakpastian yang menyelimuti keberadaan militer AS di Suriah. Oktober lalu Presiden Donald Trump mengatakan akan menarik semua pasukan AS dari sana.

Baca Juga

Sejak itu jumlah pasukan AS di Suriah menurun sebesar 40 persen. Esper menekankan ia menjaga kemampuan kelompok kecil untuk keluar masuk sesuai kebutuhan di Suriah. Tapi ia juga mengisyaratkan jumlah pasukan yang ditempatkan di sana akan fluktuatif di kisaran 600 pasukan.

"Akan relatif statis di kisaran angka itu. Tapi kami akan lihat apa yang akan terjadi, saya bisa menaikkannya sedikit," kata Esper sebelum pulang dari pertemuan NATO di London, Kamis (5/12).

Esper juga tidak menyampingkan kemungkinan AS akan menurunkan jumlah pasukannya di Suriah lebih rendah lagi jika sekutu-sekutu Eropa berkontribusi dalam misi di Suriah.

"Koalisi berbicara banyak lagi. Kami dapat melihat beberapa sekutu ingin mengerahkan pasukan sukarelawan, jika negara sekutu, negara NATO, memutuskan memberikan kami 50 orang, mungkin saya dapat menarik 50 orang," kata Esper.

Militer AS mengatakan mereka fokus untuk mencegah bangkitnya ISIS di Suriah. Militer AS juga mengelar operasi penyerbuan yang menewaskan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Di London, Trump mengatakan ia ingin mempertahankan pasukan AS di Suriah. Alasannya untuk menjaga kilang minyak di negara itu tidak jatuh ke tangan milisi bersenjata. "Kami menjaga minyak dan minyak yang memicu ISIS," kata Trump.

Trump melembutkan nadanya dalam masalah penarikan pasukan ini. Ia diserang oleh Kongres termasuk dari partainya sendiri Partai Republik.

Mereka mengecam langkah penarikan pasukan tersebut Karena membuka jalan bagi Turki untuk menyerang pasukan Kurdi yang telah membantu AS memerangi ISIS di Suriah. Para diplomat NATO khawatir Turki meningkatkan tindakan unilateral. Ankara sudah menjadi anggota NATO sejak 1952 dan sekutu penting blok itu di Timur Tengah.

Tapi Turki menggelar serangan ke Suriah untuk menghabisi Kurdi. Mereka juga membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Washington mengatakan S-400 tidak cocok dengan sistem pertahanan NATO.

Sistem pertahanan udara itu juga mengancam pesawat tempur siluman F-35 dari Lockheed Martin. AS pun mencoret Turki dari salah satu negara yang terlibat dalam produksi pesawat F-35.

AS juga sempat mengancam akan memberikan sanksi kepada Turki. Trump sudah menggelar pembicaraan dengan Presiden Tayyep Erdogan. Tapi Esper mengatakan Ankara belum mengubah posisi mereka dalam isu S-400. "Tidak ada pergerakan pada titik ini," kata Esper.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement