Kamis 05 Dec 2019 20:14 WIB

Politikus Republik Sebut Ilhan Omar Pantas Digantung

Politikus Republik menuding Omar melakukan makar.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.
Foto: AP Photo/J. Scott Applewhite
Anggota Kongres AS yang mewakili Minnesota, Ilhan Omar di Capitol Hill, Washington, 6 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang politikus Partai Republik bernama Danielle Stella mengatakan anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Ilhan Omar perlu digantung. Hal itu merujuk kepada sebuah surat elektronik yang dikirimkan oleh George Buck pada 26 November lalu.

Ia menuding Omar melakukan makar karena diam-diam bekerja sama dengan Qatar. “Kita harus menggantung para pengkhianat itu di tempat mereka berdiri,” ujar Buck, dilansir Middle East Monitor, Kamis (5/11).

Baca Juga

Buck juga menegaskan siapa pun yang melakukan pengkhianatan terhadap AS harus diadili sepenuhnya, sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam surat elektronik itu, ia merujuk ke sebuah berita yang diterbitkan oleh Jerusalem Post. Dalam artikel itu disebutkan nampaknya Omar adalah seorang aset Qatar yang bersalah karena menyampaikan informasi ke Iran.

Surat itu juga merujuk kepada Kepala Kongres AS, Nancy Pelosi yang telah menyerukan perlindungan kepada Omar, serta tiga anggota kongres lainnya, yaitu Alexandria Ocasio-Cortez, Ayanna Pressley dan Rashida Tlaib. Selama ini, mereka kerap dijadikan serangan, khususnya setelah Presiden Donald Trump memberikan komentar bernada rasial.

Trump pada Juli lalu mengatakan keempat anggota kongres tersebut untuk kembali ke tempat mereka berasal. Padahal, pernyataan itu sangat tidak tepat, karena mereka, kecuali Omar, adalah kelahiran AS dan juga dibesarkan di negara itu.

“Jika terbukti Omar @IlhanMN memberikan informasi sensitif ke Iran, maka ia harus diadili karena makar dan digantung,” tulis Stella melalui akun Twitter miliknya pada November lalu.

Sejak menulis tuduhan itu, akun milik Stella telah ditangguhkan secara permanen. Ia kemudian mengatakan Twitter akan selalu berpihak dan berjuang untuk melindungi teroris, pengkhianat, paedofil, serta pemerkosa.

Pada Oktober, seorang senator dari Partai Republik juga mengunggah foto yang diduga menunjukkan Omar dengan senjata di sebuah kamp pelatihan Alqaidah. Belakangan, terungkap foto itu diambil pada 1978, empat tahun sebelum Omar lahir.

Omar juga telah mempublikasikan sejumlah ancaman yang diterimanya, termasuk pembunuhan. Menurut perempuan berusia 37 tahun itu, sejumlah pesan-pesan anonim yang mengancam membuat ia kini harus memiliki penjaga keamanan. Ia mengaku sangat menyesalkan ada kejadian di dunia ini yang membuat dirinya harus berlindung dari sesama manusia.

Menurut Omar, kebohongan dari Trump telah menempatkan hidupnya dalam bahaya. Salah satu komentar bernada rasialis lainnya dari milirder itu adalah termasuk tentang Minneapolis, negara bagian tempat Omar terpilih yang dinilai telah menerima terlalu banyak imigran Somalia.

“Saya benci kita hidup di dunia, di mana Anda harus dilindungi dari sesama manusia lainnya. Tapi, sampai orang ‘gila’ seperti ini berhenti mengancam hidup saya, maka saya harus menerima kenyataan untuk memiliki penjagaan,” ujar Omar dilansir BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement