Jumat 06 Dec 2019 22:29 WIB

Wajah Timur Tengah akan Dipamerkan dalam Pameran di Cina

Pameran Timur Tengah memamerkan seni-seni Timur Tengah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Museum Yuz dan Los Angeles County Museum (Lacma)
Foto: aartnewspaper
Museum Yuz dan Los Angeles County Museum (Lacma)

REPUBLIKA.CO.ID, L0S ANGELES- Museum Yuz dan Los Angeles County Museum (Lacma) akan memamerkan seni Timur Tengah di Tiongkok. Program pameran bersama Shanghai dan Los Angeles akan melibatkan Museum Qatar.

Yuz Museum dan Lacma menandatangani perjanjian kerjasama dengan Qatar Museum di Shanghai bulan lalu. Kedua museum itu tidak membiarkan legalitas atau politik memperlambat kemitraan ambisius mereka, dengan serangkaian pameran bersama. 

Baca Juga

Meskipun rencana untuk mendirikan sebuah yayasan bersama yang akan melestarikan koleksi luas seni kontemporer menjadi perhatian pendiri Yuz, Budi Tek. "Pada tahun depan, [yayasan] harus beroperasi penuh," katanya dilansir dari the Artnewspaper pada Kamis (5/12).

Tek mengatakan bahwa bulan-bulan kekacauan politik di Hong Kong tidak berdampak pada kemajuan usaha.

"Saya tidak menganggap itu sebagai masalah sama sekali. Tidak pernah ada dalam pikiran saya bahwa apa pun yang terjadi di Hong Kong akan memengaruhi program kami, atau prestasi [masa depan] kami," ujar Tek.

Keterlibatan Museum Qatar akan fokus pada pameran dan tidak meluas ke yayasan. Tek mengakui Seni Timur Tengah dan Islam jarang dipertunjukkan di daratan Tiongkok. Bahkan pameran Solomon R  Guggenheim tentang seni kontemporer Timur Tengah tiba-tiba dibatalkan sebulan sebelum dijadwalkan dibuka di Rockbund Art Museum Shanghai pada 2017.

Lalu misi Museum Seni Yinchuan untuk membawa seni Islam ke Cina telah dihentikan secara diam-diam. Dokumen-dokumen pemerintah Tiongkok yang bocor pertama kali diterbitkan New York Times pada pertengahan November mengungkapkan bahwa penahanan massal Muslim di wilayah barat laut Xinjiang adalah bagian dari kampanye nasional yang membatasi Islam. Tapi Tek tidak melihat adanya masalah dalam membawa pameran Qatar ke Shanghai. "(Museum) Ini sangat terbuka," sebut Tek.

Meskipun dia mengakui bahwa pihak berwenang Tiongkok memantau tindak tanduknya, tapi menurutnya bukan hanya bertujuan memantau budaya Islam yang masuk lewat pameran.

"Pemerintah meninjau dan melihat setiap program yang akan kami tunjukkan di Museum Yuz. Bukan karena agama, atau dari negara mana (seni) itu berasal, tetapi suatu cara untuk memastikan audiens lokal tidak tersinggung oleh hal-hal yang bukan bagian dari budaya di Tiongkok," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement