Sabtu 07 Dec 2019 12:32 WIB

Kebakaran Besar di Sydney Butuh Beberapa Minggu untuk Padam

Kebakaran besar di Sydney menimbulkan asap berbahaya.

Red: Nur Aini
Kebakaran semak di barat kota Sydney, Australia semakin luas.
Foto: theguardian.com
Kebakaran semak di barat kota Sydney, Australia semakin luas.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kebakaran besar yang menyelimuti Sydney, kota terbesar Australia, mungkin membutuhkan waktu beberapa minggu untuk dipadamkan. Kebakaran tersebut menimbulkan asap berbahaya.

Seluruh wilayah di negara itu berjuang untuk memadamkan hampir 100 titik kebakaran yang diperkirakan terus memburuk. Kebakaran adalah hal umum selama musim panas di Australia yang dimulai pada Desember. Akan tetapi, kebakaran hutan telah mulai jauh lebih awal musim ini, akibat suhu yang meningkat, angin kering dan pembakaran yang disengaja.

Baca Juga

Kebakaran paling baru di utara Sydney, membakar 335.000 hektare, menyebabkan pembatalan banyak kegiatan akhir pekan di luar ruangan karena asap dan abu masih melekat di kota.

"Kebakaran hutan ini akan memakan waktu berminggu-minggu untuk dipadamkan dan hanya ketika kita mendapatkan hujan yang lebat," kata Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales dalam sebuah pernyataan Jumat.

Kebakaran hutan telah menewaskan sedikitnya empat orang dan menghancurkan lebih dari 680 rumah di seluruh Australia timur. Meskipun panas dan angin mereda sedikit pada Sabtu di dekat Sydney, Komisaris RFS Shane Fitzsimmons mengatakan kepada televisi Sky News Australia bahwa akan menjadi "hari yang sulit bagi semua orang yang terlibat."

Sekitar 2.000 petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk memerangi 96 kebakaran di seluruh negara bagian, yang bentang alamnya telah kering akibat kekeringan selama tiga tahun.

"Orang-orang gelisah dan mereka memiliki hak," kata Phil Koperberg, pendiri Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan kepada The Sydney Herald Morning.

Dia memperingatkan bahwa dengan adanya ramalan yang mengatakan kondisi yang lebih kering dan lebih banyak panas, maka "yang terburuk masih akan datang."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement