Sabtu 07 Dec 2019 12:41 WIB

H&M Tawarkan Penyewaan Pakaian, Demi Lingkungan atau Trik Pemasaran?

Raksasa ritel fesyen Swedia H&M mencoba model bisnis baru penyewaan pakaian. Katanya untuk mereduksi emisi gas rumah kaca dalam produksi pakaian. Atau ini sekedar trik pemasaran?

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
H&M/D. Thunander
H&M/D. Thunander

Di salah satu sudut tokonya yang baru dibuka lagi di Stockholm, H&M menawarkan kemungkinan menyewa koleksi pakaian kepada pembeli, dari koleksi pesta yang gemerlapan sampai pakaian pernikahan yang anggun.

Ini menjadi gebrakan baru raksasa mode Hennes & Mauritz asal Swedia itu dalam kontribusi meredam perubahan iklim. Sebelumnya, H&M sempat membuat heboh dengan aksinya mengumpulkan pakaian bekas.

Baca Juga

Industri fesyen, terutama perusahaan-perusahaan fesyen cepat jadi dan murah seperti H&M dan Zara, belakangan menghadapi kritik makin gencar karena produksi pakaian yang boros energi sekaligus berat emisi CO2. Industri pakaian dianggap salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dan pengguna air paling boros.

Baca juga: Korea Selatan Boikot Iklan Kontroversial Uniqlo

Direktur bidang lingkungan H&M, Pascal Brun, tidak secara langsung membantah tuduhan itu. Kepada DW dia mengatakan:

"Hari ini, kita semua sepakat bahwa mode cepat jadi bukan model bisnis yang berkelanjutan. Itulah mengapa kami ingin membawa sirkularitas (bisnis ini) ke tingkat berikutnya," dan melanjutkan: "Sewa pakaian sangat sesuai dengan tujuan itu. Ini adalah sesuatu yang ingin kami coba selama beberapa waktu."

Layanan baru penyewaan pakaian ini masih terbatas pada koleksi gaun pesta dan rok pilihan, dan hanya tersedia untuk pelanggan yang telah mendaftar dan ikut program loyalitasnya. Pelanggan bisa menyewa pakaian dengan tarif sekitar 30 euro atau setara dengan 480 ribu rupiah untuk seminggu.

Masa percobaan tiga bulan

H&M mengatakan akan mengamati layanan sewa ini selama tiga bulan ke depan sebelum memperluasnya ke pasar lain. Pascal Brun menerangkan, sejauh ini responsnya "luar biasa" sehingga gaun yang ditawarkan untuk masa percobaan ini hampir sepenuhnya dipesan pelanggan untuk bulan Desember.

Namun, beberapa pihak skeptis dengan rencana H&M, bahkan mempertanyakan kelayakan bisnisnya.

"Saya tidak melihat bahwa, model sewa ini, pada harga yang ditawarkan saat ini, benar-benar masuk akal," kata analis dari Credit Suisse, Simon Irwin kepada portal bisnis Bloomberg News.

Pascal Brun mengatakan, masih terlalu dini untuk menghitung prospek keuntungan dari layanan penyewaan itu.

"Kami sudah mempertimbangkan bisnis ini dengan baik sebelum meluncurkannya, dan mudah-mudahan waktu akan menunjukkan bahwa itu bisa berhasil," kata Brun sambil menambahkan bahwa H&M nantinya bisa menawarkan penyewaan pakaian ini secara online.

Baca juga: Dari Meja, Kursi Hingga Ponsel, Milenial India Gemar Sewa Berbagai Perabot

Takut ketinggalan?

H&M memang bukan perintis dalam bisnis penyewaan pakaian. Saat ini makin banyak rumah mode dan peritel yang menawarkan platform onlione untuk penjualan dan penyewaan, mulai dari barang baru sampai pakaian dan aksesoris bekas.

H&M sendiri adalah pemegang mayoritas saham di perusahaan Swedia, Sellpy, yang menawarkan platform untuk membeli dan menjual pakaian dan aksesoris bekas. Sedangkan saingan H&M, peritel Banana Republic dan Urban Outfitters, telah meluncurkan layanan penyewaan pakaian.

Pascal Brun mengatakan, bisnis penyewaan pakaian dan jual beli pakaian bekas memang makin marak, seiring dengan gencarnya isu perlindungan. Sebagian konsumen mulai mencari cara lain yang dianggap "lebih bertanggung jawab" terhadap alam dan lingkungan.

"Kami di sini hanya menjawab permintaan konsumen," katanya.

Baca juga: Produsen Mode dan Pakaian Olahraga Ingin Berkontribusi Untuk Perlindungan Iklim

hp/rap

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement