REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pejabat Departemen Luar Negeri AS menuding Iran kemungkinan berada di balik serangan pangkalan udara Balad Irak pada Kamis. Namun, dia menambahkan bahwa Washington masih menunggu bukti lebih lanjut.
Militer Irak pada Kamis (5/12) menyebutkan bahwa dua roket Katyusha mendarat di dalam pangkalan udara Balad, yang menampung pasukan dan kontraktor AS dan berlokasi di sekitar 80 km utara Baghdad. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa maupun kerusakan dalam serangan tersebut, di mana tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.
"Kami masih menunggu bukti komprehensif, namun jika melihat latar belakang maka ada kesempatan bagus bahwa Iran di balik serangan tersebut," kata David Schenker, Asisten Sekretaris untuk Urusan Timur Dekat, kepada awak media.
Pada Selasa, lima roket menghantam pangkalan udara Ain Al-Asad, yang menjadi tuan rumah pasukan AS di provinsi Anbar di Irak barat tanpa menimbulkan korban. Schenker menyebut peningkatan serangan sebagai "kekhawatiran luar biasa," dan mengatakan Iran menjadi lebih agresif selama lima hingga enam bulan belakangan.
"Orang-orang Iran sering kali atau tentunya di masa lalu, bertindak agresif saat mereka merasa tertekan," katanya.
Amerika Serikat menambah sanksi ekonomi terhadap Iran setelah Presiden AS Donald Trump hengkang dari perjanjian nuklir 2015 antara Teheran dan negara besar dunia. Hal itu dilakukan untuk mencekik ekspor minyak Iran dan mengisolasi perekonomian mereka.