REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Terjadi penembakan di dekat kediaman presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Abrador. Stasiun televisi setempat Foro TV, Ahad (8/12), melaporkan penembakan ini menewaskan empat orang dan melukai dua lainnya. Belum diketahui siapa pelaku dan korban penembakan.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menunda penunjukan jaringan kartel narkoba Meksiko sebagai organisasi teroris. Trump mengatakan semua hal yang diperlukan untuk menunjuk jaringan kartel narkoba Meksiko sebagai organisasi teroris telah terpenuhi.
"Namun, atas permintaan seorang pria yang saya sukai dan hormati serta telah bekerja sangat baik dengan kami, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, untuk sementara waktu kami akan menunda penunjukan ini," cicit Trump.
Dalam hukum AS, ketika sebuah kelompok dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris, maka ilegal bagi masyarakat di AS untuk mendukung kelompok itu. Anggotanya tidak boleh masuk ke AS dan mungkin akan dideportasi.
Lembaga keuangan yang mengetahui dana mereka terhubungan dengan kelompok itu harus memblokir uangnya. Mereka juga harus memberitahu Departemen Keuangan AS.
"Kami akan meningkatkan upaya bersama kami untuk menghadapi dengan tegas para orang-orang jahat dan yang selalu menumbuhkan organisasi," ujar Trump.
Keputusan ini diapresiasi Meksiko. Lopez Obrador menyambut baik keputusan Trump. "Itu adalah keputusan yang sangat baik hari ini untuk menunda penunjukan (jaringan kartel narkoba sebagai organisasi teroris)," ujarnya kepada awak media.
Trump mengambil keputusannya sehari setelah Jaksa Agung AS William Bar melakukan pertemuan dengan Lopez Obrador dan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard di Mexico City. Mereka membahas tentang masalah tersebut.
Proposal untuk memasukan kartel narkoba Meksiko sebagai teroris muncul setelah sembilan orang warga Amerika dibunuh di utara Meksiko. Pihak berwenang Meksiko mengatakan mungkin pelaku salah mengidentifikasi korban.