Senin 09 Dec 2019 13:28 WIB

Indonesia Kerja Sama Ekonomi dengan Senegal

Presiden Senegal ingin memperkuat kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi
Foto: Republika/Fergi Nadira
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR — Indonesia perkuat hubungan bilateral dengan Senegal. Dalam kunjungan Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi ke Dakar, Senegal, Presiden Macky Sall menyatakan ingin meningkatkan dan memperkuat kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang.

Macky Sall juga berkeinginan untuk secepatnya berkunjung ke Indonesia. Sebaliknya sangat mengharapkan kunjungan Presiden Jokowi ke Senegal di 2020.

Baca Juga

Setelah penandatanganan pembangunan proyek Tour de Goree pada 2 Desember 2019 lalu, Senegal secara terbuka telah menawarkan berbagai peluang kerja sama kepada Indonesia. Kemungkinan mereka akan kembali membeli pesawat CN-235 dan produk PT Dirgantara Indonesia lainnya.

Senegal juga menawarkan kerja sama pengelolaan hasil tambang fosfat. Renovasi bandara militer, pembangunan pangkalan militer, jembatan, Jalan tol, dan pengerjaan berbagai proyek-proyek infrastruktur lainnya menanti kehadiran investor Indonesia.

Kedutaan Indonesia di Dakar mengatakan sekarang tergantung Indonesia. Seberapa besar Indonesia mampu menangkap peluang yang ditawarkan, tentunya tergantung pada kesiapan pemangku kebijakan di Indonesia.

Duta Besar Indonesia di Dakar, Senegal, Mansyur Pangeran telah mendorong kehadiran sejumlah BUMN seperti PT WIKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Timah, PT Antam, Indonesian Eximbank dan lainnya untuk hadir dan berpartisipasi dalam berbagai proyek yang ditawarkan oleh Senegal dan tujuh negara lain di bawah akreditasi KBRI Dakar. Yakni Mali, Cabo Verde, The Gambia, Cote d'Ivoire, Guinea, Guinea Bissau, dan Sierra Leone.

“Kehadiran beberapa BUMN dalam pendampingan kunjungan kerja Menlu RI di Dakar tersebut, yang ditindaklanjuti dengan serangkaian pertemuan guna memperdalam peluang-peluang kerja sama, khususnya di bidang industri strategis, pertambangan dan infrastruktur, adalah langkah konkrit dan maju dalam memetakan potensi dan peluang yang bisa ditindaklanjuti kedua pihak,” kata Mansyur dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Senin (9/12).

Pada pertemuan lanjutan hari Selasa (3/12), Menteri Bappenas Senegal, yang juga koordinator seluruh program pembangunan di Senegal Cheikh Kante mengatakan Senegal membutuhkan moderenisasi alustista. Hal itu seperti yang juga disampaikan Presiden Macky Sall dalam rangka meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan Afrika Barat.

Senegal membutuhkan pesawat multi-guna yang dapat dioperasikan untuk mengangkut penumpang umum, pengerahan pasukan atau medis sebagai pesawat ambulance. Hal itu juga bisa menjadi pesawat khusus VVIP untuk kepresidenan dan berfungsi untuk operasi pengawasan.

Mansyur menyambut baik dan menawarkan peluang kerja sama dengan PT DI yang dapat merancang Pesawat CN-235 sebagai pesawat multi fungsi dan PT Pindad dengan produk Tank Anoa dan senjatanya. Serta PT PAL dengan produk kapal perang yang sesuai untuk membantu penguatan alutsista Senegal.

“Pesawat CN-235 dapat digunakan untuk beberapa misi, antara lain misi pengawasan, patroli maritim, angkutan pasukan bersenjata, kepentingan militer maupun sipil, pesawat pribadi (termasuk pesawat kepresidenan), evakuasi medis, maupun angkutan kargo,” kata Mansyur.

Masyur menambahkan pesawat itu memiliki kemampuan terbang dan mendarat di landasan pacu yang pendek. Pesawat yang dapat terbang selama 11 jam itu sangat diminati.

 “Pesawat ini sangat cocok digunakan untuk keperluan militer dan sipil di negara negara Afrika khususnya bagi Senegal. Oleh karena itu, disampaikan sangat dimungkinkan untuk dilakukan repeat order dengan pendanaan melalui Indonesian Eximbank,” katanya.

Cheikh Kante juga menawarkan kerjasama kepada  PT Timah Tbk Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil fosfat terbesar dan kualitas terbaik dunia untuk mengelola pertambangan fosfat di Senegal. PT Timah Tbk menyampaikan Indonesia siap menjadi salah satu pembeli dari produksi fosfat Senegal melalui PT Pupuk Indonesia (persero).

“Sekarang "bak dua sejoli", chemistry telah terjalin antara kedua Negara, tidak perlu melakukan loby yang memakan biaya tinggi, karena jalan kerja sama yang saling menguntungkan sudah terbuka lebar, Indonesia tinggal menyiapkan peluru investasinya, financial scheme yang matching, expertise atau SDM yang memadai, dana yang cukup, serta manajemen yang baik dan transparan,” kata Mansyur.  

Mansyur menambahkan sebelumnya pihak Senegal Senegal juga telah  menyampaikan keinginannya untuk membeli 10 lokomotif dari PT INKA. Tapi tertunda karena belum adanya dukungan finansial yang cukup kuat. Demikian pula Kedutaan Besar Indonesia juga sudah menawarkan beberapa kapal militer produksi PT PAL  Indonesia.

“Bila Indonesia siap, maka tidak diragukan lagi bahwa keuntungan akan diterima kedua pihak, sejarah dunia akan mengukir bahwa Indonesia hadir secara riil di bumi Afrika, setelah hadir di hati rakyat Afrika sejak KAA 1955,” kata Mansyur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement