REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat listrik komersil pertama di dunia telah melakukan uji terbang perdana pada Selasa (10/12) waktu setempat. Pesawat yang lepas landas di kota Vancoucer Kanada ini berhasil terbang selama hampir 15 menit.
"Ini membuktikan bahwa penerbangan komersial bertenaga listrik dapat bekerja, dan memberikan harapan bahwa suatu hari nanti maskapai akan mengakhiri emisi polusi mereka," kata kepala eksekutif perusahaan rekayasa magniX yang berbasis di Seattle, Roei Ganzarski, dilansir Science Alert, Kamis (12/12).
Penerbangan sipil memang menjadi salah satu sumber emisi karbon yang tumbuh paling cepat, seiring banyaknya orang menggunakan pesawat sebagai alat tranportasi. Menurut Badan Linkungan Eropa, emisi industri penerbangan jauh melebihi emisi dari semua moda transportasi lain. Emisi berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, kekeringan yang lebih luas, badai super, dan kenaikan permukaan laut.
Karenanya pesawat yang dirancang dari kolaborasi magniX dan Harbour Air ini dijanjikan bakal menjawab persoalan itu. Karena teknologi itu bisa menjadi penghematan biaya yang signifikan bagi maskapai. "Ini menandakan dimulainya zaman penerbangan listrik," kata Ganzarski.
Harbour Air berencana akan membuat lebih dari 40 pesawat. Namun ambisi itu nampaknya tidak bisa direalisasikan dalam waktu dekat sebab pesawat listrik harus mulai sertifikasi selama dua tahun.
Selain itu daya baterai pesawat juga masih menjadi tantangan. Saat ini pesawat itu hanya dapat terbang sekitar 160 kilometer dengan daya baterai lithium. Meskipun tidak jauh, kata Ganzarski, daya baterai itu cukup untuk sebagian besar penerbangan jarak pendek yang dijalankan oleh Harbour Air.
"Kisaran sekarang bukan di tempat yang kita inginkan, tetapi cukup untuk memulai revolusi," kata Ganzarski yang memperkirakan baterai dan motor listrik pada akhirnya akan dikembangkan untuk memberi daya pada penerbangan yang lebih lama.
Sementara itu, Menteri Transportasi Kanada Marc Garneau mengatakan, jika pada uji terbang perdananya pesawat itu bekerja dengan baik maka akan memberi tren baru penerbangan yang lebih ramah lingkungan.
“(Pesawat) itu bisa menjadi tren bagi penerbangan yang lebih ramah lingkungan,” ucap Garneu.