REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Korea Utara (Korut) akan tiba di Korea Selatan (Korsel) pada Ahad (14/12) menjelang tenggat akhir tahun, yang ditetapkan oleh Pyongyang bagi Washington untuk melunakkan pendekatannya terhadap perundingan denuklirisasi yang macet. Stephen Biegun akan berada di Seoul selama tiga hari dan berkonsultasi dengan mitranya Lee Do-hoon serta para pejabat lainnya, kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Jumat(13/12).
"Kedua pihak akan bertukar pandangan luas tentang situasi terkini di semenanjung Korea dan membahas cara-cara untuk membawa kemajuan besar dalam mencapai denuklirisasipenuh dan perdamaian abadi," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Menurut keterangan Departemen Luar Negeri AS, Biegun juga akan melakukan perjalanan ke Tokyo dan bertemu dengan mitranya dari Jepang. Ketegangan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena Pyongyang melakukan serangkaian uji coba senjata dan mengobarkan perang kata-kata dengan Presiden AS Donald Trump
Ketegangan itu memicu kekhawatiran bahwa kedua negara dapat kembali ke jalur bentrokan yang telah mereka jalani sebelum meluncurkan diplomasi tahun lalu. Kunjungan Biegun menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin mencoba menyelamatkan negosiasi dengan mendekati Korea Utara, atau dengan mengirim pesan ke publik.
Korea Utara telah berjanji untuk mengambil "jalur baru", yang tidak disebutkan secara rinci, jika Amerika Serikat gagal memenuhi tuntutannya sebelum akhir 2019.
Pada Kamis (12/12), Korut mengatakan, Washington tidak "menawarkan apa-apa" bahkan jika perundingan akan dibuka kembali. Sementara itu, AS memperingatkan "perilaku keliru yang disayangkan" akan muncul lagi.
"Bagaimanapun, Biegun akan mencoba memberi kesan bahwa mereka tidak akan dimanipulasi oleh Korea Utara, dan pada saat yang sama memperlihatkan bahwa mereka ingin terus melakukan pembicaraan," kata seorang sumber diplomatik di Seoul.
Pemimpin Korut, Kim Jong Un dan Trump bertemu tiga kali sejak tahun lalu untuk merundingkan penghentian program nuklir dan rudal Pyongyang. Tetapi, rangkaian pertemuan itu hanya membawa sedikit kemajuan. Pembicaraan tingkat pejabat di Stockholm, yang dipimpin oleh Biegun pada Oktober, menemui kegagalan.
Tim pejabat AS datang ke pertemuan itu untuk mengupayakan "denuklirisasi yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah."
Mereka juga berupaya agar aksi-aksi uji coba senjata ditangguhkan, sebagai langkah pertama. Sementara itu, seorang juru runding Korea Utara menuduh delegasi AS masih berpegang pada "sudut pandang dan sikap lama mereka."