Ahad 15 Dec 2019 09:06 WIB

Bantuan Bagi Pengungsi Palestina Pun Kembali Tercurah

PBB sepakat memperpanjang mandat UNRWA beri bantuan bagi pengungsi Palestina.

Pengungsi Palestina/ilustrasi
Foto: guardian.co.uk
Pengungsi Palestina/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Rikzy Jaramaya

Baca Juga

Tulisan since 1948 menjadi moto restoran George Salameh (59 tahun) di Kota Betlehem. Ada pula tulisan terpampang di daftar menu dan lengan baju para karyawannya.

Salameh telah tinggal di Kota Bethlehem selama 70 tahun. Salameh dan keluarganya menjadi pengungsi setelah perang pada abad ke-20.

Salameh lebih suka keluarganya disebut sebagai al-Yafawi yang berarti Jaffa, yakni wilayah di kota pantai Mediterania yang ditinggalkan oleh keluarganya pada 1948. Meski sudah meninggalkan tempat tersebut, Salamah masih menganggapnya sebagai rumah.

Dia termasuk salah seorang pengungsi Palestina yang mendapatkan bantuan dari United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA). Berkat bantuan tersebut, dia kini memiliki restoran falafel, ful, dan hummus. Restorannya tak jauh dari Manger Square Bethlehem.

Kartu keanggotaan UNRWA yang dimiliki oleh Salameh telah menjamin haknya di bawah hukum internasional untuk kembali ke rumah keluarganya di Jaffa, yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Israel. Dia menyatakan, kebahagiaannya atas perpanjangan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina dalam mandat UNRWA.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat memperpanjang mandat UNRWA dalam memberikan bantuan kepada pengungsi Palestina. Dalam sidang Majelis Umum PBB, sebanyak 169 suara mendukung perpanjangan mandat UNRWA dan sembilan lainnya abstain, sedangkan Amerika Serikat (AS) dan Israel menentang perpanjangan mandat tersebut.

Mandat UNRWA untuk mendukung pengungsi Palestina diperpanjang hingga 30 Juni 2023. UNRWA didirikan pada 1949 dan menyediakan layanan pendidikan, kesehatan, bantuan perumahan, dan keuangan mikro kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Yordania, Lebanon, dan Suriah.

UNRWA berpendapat, bantuan kepada pengungsi Palestina masih diperlukan karena tidak ada solusi lain untuk menangani masalah tersebut. Sejak tahun lalu, UNRWA telah menghadapi kesulitan anggaran, ketika AS sebagai negara donor terbesar menghentikan bantuannya sebesar 360 juta dolar AS per tahun.

Kelompok Hamas menyambut baik keputusan Majelis Umum PBB yang memperpanjang mandat UNRWA. Mereka berpendapat, keputusan itu sebagai kekalahan bagi AS dan upayanya menekan negara-negara anggota PBB terhadap UNRWA.

"Kami menyambut baik keputusan memperbarui mandat internasional untuk UNRWA, dan kami melihatnya sebagai kegagalan lain kebijakan AS terhadap hak-hak Palestina," ujar pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, kepada Reuters.

Untuk Salameh dan para pengungsi, Israel menolak hak untuk mengembalikan mereka ke tempat asalnya. Mereka khawatir, negara tersebut akan kehilangan mayoritas Yahudi. Di sisi lain, Salameh mengakui harapannya untuk kembali ke kampung halamannya kini telah meredup.

"Kami tidak percaya ada hak untuk kembali. Ini seperti obat bius, menghilangkan rasa sakit, tetapi itu bukan obat," ujar Salameh.

Sementara itu, di Jalur Gaza, Zakeya Moussa (63) mengatakan, keluarganya pernah memiliki 16 hektare tanah di utara perbatasan Israel. Dia mengatakan, tanah keluarganya punya rumah yang dikelilingi oleh ladang buah-buahan dan sayur- sayuran. Lahan tersebut berada di utara perbatasan Erez, Jalur Gaza, yang bersinggungan dengan Israel.

Moussa telah menghabiskan seluruh hidupnya tinggal di kamp-kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza, yang terus diblokade Israel sejak 2007 dengan alasan keamanan. Bantuan dari UNRWA di kamp pengungsian tidak pernah terputus.

Orang-orang Palestina di kamp pengungsian tersebut bekerja sama menurunkan karung-karung tepung yang mereka terima dari UNRWA. Bahan pangan ini digunakan oleh mencukupi kebutuhan pangan bagi 2 juta pengungsi di kamp tersebut.

"UNRWA memberi kami tepung, minyak nabati, kacang-kacangan, dan susu. Kami juga menerima perawatan medis secara gratis, kami mendapatkan pengobatan. Kami bukan apa-apa tanpa UNRWA," kata Moussa.

Bukan lalu, Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krahenbuhl mengundurkan diri di tengah penyelidikan tuduhan korupsi. Dalam sebuah laporan rahasia agensi internal yang dilaporkan Aljazirah pada Juli lalu menyebutkan, Krahenbuhl dan orang-orang di lingkaran dalamnya telah menyalahgunakan wewenangnya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Krahenbuhl membantah tudingan tersebut. Krahenbuhl menyatakan, dirinya adalah korban kampanye politik yang dirancang untuk menjatuhkannya. (reuters, ed:dewi mardiani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement