Senin (16/12), Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan Hong Kong menghadapi "situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, situasi yang serius dan rumit" setelah berbulan-bulan dilanda kerusuhan.
Li dalam konferensi persnya bersama dengan pemimpin Hong Kong Carrie Lam di Beijing, mengatakan dia siap mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Bagaimanapun, ia mengemban tanggung jawab untuk menjaga "kemakmuran dan stabilitas jangka panjang Hong Kong" di bawah pemerintahannya.
"Hong Kong belum lepas dari kesulitan," terang Li seperti yang dilansir surat kabar South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong. "Pemerintah Hong Kong harus terus berupaya untuk menghentikan kekerasan dan mengakhiri kerusuhan berdasarkan hukum yang ada, dan memulihkan ketertiban."
Carrie Lam juga dikabarkan akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping pada hari Senin (16/12).
Baca juga: Pemilu Hong Kong: Referendum Gerakan Pro Demokrasi
Unjuk rasa berkepanjangan
Selama berbulan-bulan, para pengunjuk rasa Hong Kong turun ke jalan, mengganggu aktivitas perekonomian, memblokir jalan dan menguasai gedung-gedung perkantoran. Apa yang dimulai sebagai penentangan terhadap RUU ekstradisi pada Juni silam telah berkembang menjadi sebuah gerakan menuntut hak-hak yang lebih demokratis dan otonomi lebih luas dari Cina daratan.
Carrie Lam telah menjadi sasaran para pengunjuk rasa selama ini. Para aktivis memintanya untuk turun dari jabatannya, sementara pihak berwenang juga dituntut untuk menyelidiki kebrutalan polisi selama mengatasi kerusuhan.
Meskipun unjuk rasa tetap berlangsung damai, namun adanya bentrokan dengan polisi kini membuat para pengunjuk rasa bersikap lebih keras.
Baca juga: Polisi Akhiri Pengepungan di Universitas Politeknik Hong Kong
Jatuhnya perekonomian
Perekonomian Hong Kong - pusat komersial di jantung Asia Pasifik - kini jatuh ke dalam resesi menyusul adanya kerusuhan.
Menurut Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong, sekitar 7.000 dari 64.000 perusahaan ritel berlisensi telah mengindikasikan bahwa jika dalam enam bulan ke depan kondisi perekonomian Hong Kong terus anjlok, mereka kemungkinan akan menutup usaha mereka.
Pemerintah Hong Kong telah berjanji untuk memberikan suntikan dana $ 3,2 miliar atau setara dengan Rp 44,8 triliun untuk membangkitkan kembali perekonomian. Namun, sejumlah pengamat meyakini bahwa suntikan dana terseut tidak akan berdampak besar, jika kerusuhan tetap berlanjut.
rap/hp (ap, reuters)