REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Aksi protes yang menentang Undang-Undang Kewarganegaan India semakin meluas di sejumlah kampus. Di tengah-tengah aksi protes tersebut, terdapat empat perempuan yang berani menyelamatkan teman mereka ketika sedang dipukuli oleh polisi. Video aksi 'heroik' empat perempuan itu viral di media sosial India.
Ketika kerusuhan meletus dalam aksi protes tersebut, polisi anti-huru hara yang dilengkapi dengan tongkat dan sejata mulai mengejar para demonstran. Empat perempuan yang merupakan mahasiswi di Universitas Jamia Millia Islamia (JMI), ditemani dengan seorang teman pria berlari menyelamatkan diri ke sebuah lingkungan perumahan mewah, New Friends Colony yang letaknya tak jauh dari kampus.
Mereka bersembunyi di antara dua mobil yang diparkir di depan sebuah rumah. Sekelompok polisi yang mengejar mereka muncul dan memaksa mereka keluar. Dalam rekaman video, salah satu oknum yang diduga bukan polisi mengacungkan tongkat dan memaksa mereka keluar dari persembunyian. Pria yang membawa tongkat itu mengenakan kaos merah yang ditutupi oleh jaket berwarna hijau dan celana jins, serta memakai helm polisi.
"Aa ja, aa ja. Oye baahar le lo, baahar (Ayo keluar. Ayo bawa mereka keluar)," ujar seorang polisi yang berseragam resmi sambil mengayunkan tongkat ke arah mereka.
"Tolong tinggalkan kami sendiri, biarkan kami keluar," teriak para perempuan tersebut.
Beberapa saat kemudian, dua petugas polisi mengulurkan tangan dan meraih kerah jaket dari seorang mahasiswa yang ikut bersembunyi dengan empat perempuan itu. Pemuda itu diseret keluar dan dilemparkan ke trotoar. Polisi kemudian memukulinya dengan tongkat dan mengucapkan sumpah serapah dalam bahasa Hindi. Pemuda itu hanya bisa berjongkok sambil menahan sakit di tengah rintikan hujan.
Melihat temannya dipukuli, empat perempuan keluar dari persembunyian mereka untuk menyelamatkan pemuda tersebut. Salah satu perempuan tampak menghalau pukulan tongkat polisi, sementara tiga perempuan lainnya menarik pemuda itu untuk menjauhkannya dari pukulan.
"Tidak ada polisi wanita, jadi kami pikir polisi tidak akan memukuli kami atau menyentuh kami. Kami dengan mudah dapat menyelamatkan teman lelaki kami," ujar seorang mahasiswi sastra Arab, Ladeeda Farzana (22 tahun) kepada Aljazirah.
Polisi tersebut akhirnya menghentikan pukulannya, dengan mendaratkan satu pukulan terakhir di kaki pemuda tersebut. Farzana mengatakan, polisi menggunakan bahasa kasar ketika memukuli pemuda itu.
"Polisi menggunakan bahasa kasar ketika kami menyelamatkan teman kami. Mereka bahkan memukul kami juga dengan tongkat mereka," kata Farzana.
Aksi penyelamatan empat mahasiswi itu belum selesai. Sekelompok polisi lainnya kembali datang untuk mengejar mereka.
"Satu-satunya yang ada di pikiran saya pada waktu itu adalah menyelamatkan teman saya. Aku tidak pernah mengira kita akan berada dalam situasi seperti ini. Tapi, tidak ada gunanya mundur," ujar mahasiwi sejarah Ayesha Renna (22 tahun), yang pertama kali menghadapi polisi.
Chanda Yadav, mahasiswi yang ikut menghadapi polisi mengatakan, dirinya tidak takut kepada polisi. "Bahkan jika polisi memukuli saya, saya tidak akan menyesal," ujarnya.
Aksi para perempuan pemberani itu menuai pujian di sosial media, karena keberanianya berkonfrontasi dengan polisi dan menyelamatkan teman mereka.
"Salut atas keberanian Anda," ujar seorang pengguna Facebook, Azhar Ajju.
"Inilah cara bagaimana menyelamatkan seorang korban dalam sebuah insiden. Demo dalam kehidupan nyata oleh mahasiswi Jamia," ujar seorang penulis Natasha Badhwat dalam Twitternya.